krisis sektor pangan
Krisis Sektor Pangan
Author: Administrator | PDF Print E-mail
User Rating: / 0
PoorBest
Subsektor tanaman pangan bakal mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim global. Tanpa langkah antisipasi, produksi akan turun karena menjadi korban perubahan pola curah hujan serta peningkatan suhu udara dan permukaan laut.
Menurut Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Irsal Las di Jakarta, Selasa (8/12), Deptan telah menyusun strategi dan melakukan berbagai langkah antisipasi agar produksi pangan tak turun.
Dari kajian yang dilakukan Balitbang Pertanian, perubahan pola curah hujan dan kejadian anomali iklim menyebabkan peningkatan luas area padi sawah yang terkena kekeringan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas areal panen padi 2009 mencapai 12,8 juta hektar dengan produktivitas per hektar 4,97 ton dan produksi padi 63,8 juta ton gabah kering giling.
Masih terkait kajian Balitbang Pertanian, dari 3,1-7,8 persen areal tanaman padi yang kekeringan, yang mengalami puso meningkat dari 0,004-0,41 persen menjadi 0,04-1,87 persen.
Adapun pada tahun basah saat terjadi La Nina, areal tanaman padi yang bakal terkena banjir naik dari 0,75-2,68 persen menjadi 0,97-2,99 persen. Begitu pula tanaman padi yang puso naik tajam dari 0,24-0,73 persen menjadi 8,7-13,8 persen.
Mengacu kajian di atas, penurunan produksi padi sebagai akibat puso terkait kekeringan dan kebanjiran mencapai 365.463 ton GKG tiap tahun dan kecenderungannya terus meningkat.
Belum lagi penurunan produksi sebagai dampak peningkatan suhu udara, yang dapat menurunkan produksi padi, jagung, dan kedelai sekitar 10-19,5 persen selama 40 tahun ke depan. Hal ini terutama karena serangan hama penyakit yang mengganas.
Adapun peningkatan permukaan air laut hingga 2050 akan menyebabkan penciutan lahan sawah hingga 292.000 hektar.
Adaptasi dan mitigasi
Menurut Irsal, program adaptasi tanaman pangan dan hortikultura meliputi, pertama, perbaikan manajemen dan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dan irigasi. Kedua, penyesuaian pola tanam terhadap dinamika iklim berdasarkan kalender tanam dinamis.
Ketiga, pengembangan teknologi adaptif, seperti jenis dan varietas tanaman yang toleran terhadap kekeringan, banjir atau genangan, salinitas, serta pengelolaan lahan dan tanaman.
0 komentar:
Posting Komentar