About Me

My Blog List

= mrDarmian
  • kuliner
  • susana
  • uci
  • cindy
  • a href=http://owisata.blogspot.com>juariyah
  • Author

    Foto Saya
    vitha_nobita
    aku ya aku,bukan orang lain,aku ingin jadi orang yang superstar biar semua orang tau kalau aku patut untuk dibanggakan bukan untuk diremehkan atau dicemohkan
    Lihat profil lengkapku

    Followers

    Selasa, 01 November 2011

    pertanian,sayur kol

    Kelompok Tani Laut Mamuju Magang di Bantaeng
    BANTAENG,UPEKS--Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal (KPDT) bekerja sama dengan Pemkab Mamuju, menggelar kegiatan pelatihan magang di Kabupaten Banteang yang berlangsung 1-7 Oktober 2011 lalu.

    Bantaeng dipilih sebagai tempat kegiatan ini, karena dinilai salah satu daerah penghasil rumput laut
    terbesar di Sulsel.
    Menurut Ashar, Staf Khusus Peternakan, kegiatan ini meliputi pembelajaran teknik pengolahan pangan dengan bahan baku dasar rumput laut dengan berbagai macam jenis olahan seperti dodol rumput laut, stick rumput laut, krupuk rumput laut, juice rumput laut, selei rumput laut, kertas keju rumput laut dan pilin rumput laut.
    "Mereka juga diajarkan teknik pembuatan kemasan, teknik manajemen usaha rumah tangga, cara perhitungan HDP (harga dasar produk), akses pembiayaan perbankan dan teknik strategi pemasaran produk industry rumah tangga, " ujarnya Rabu (12/10).
    Selain itu, peserta magang juga akan melakukan kegiatan field trip dibeberapa lokasi pengembanagan
    usaha agro, seperti dataran tinggi Montea sebagai pusat pengembangan strawberry dan buah apel serta ke lokasi pertanian tanaman bawang, wortel dan sayur kol.
    Sekertaris Bappeda Mamuju, Ir Sahili MSi, setelah melihat hasil review mengatakan bahwa program ini
    sangat bagus dalam tataran praktik, dan sangat membantu dan membuka wawasan bagi wanita tani pengolah Kabupaten Mamuju.
    Sementara, Arif Kusdiat S Kel, sebagai penanggungawab bagian training dan pemasaran Alga’e mengatakan bahwa kegiatan serupa juga sering dilakukan dari kabupaten lainnya. ()

    Read more...

    pertanian,ulat serang puluhan sayuran

    Ulat Serang Puluhan Ha Ladang Sayur di Pagaralam
    Sriwijaya Post - Minggu, 16 Oktober 2011 17:06 WIB
    Share |
    ULAT.JPG
    Salah satu petani memperlihatkan hama ulat yang saat ini menyerang puluhan hektare ladang pertanian mereka.
    Berita Terkait

    Belanda Larang Iklan Perusahaan Kertas Indonesia
    Mura Usulkan Perangkat e-KTP Mobile
    15 Motor Besar Kawal Api SEA Games
    Panitia Siapkan Tenda Festival Sriwijaya
    Panen Parkir Bandara
    ISL Bukan Liga Usiran
    Tari Gending Sriwijaya Sambut Kedatangan Walikota
    SFC Tegaskan Belum Pernah Daftar LPI
    Budi Antoni AlJufri Lantik Pengurus KNPI OKU Timur
    Gemuruh Semenit untuk Simoncelli

    SRIPOKU.COM, PAGARALAM - Puluhan hektare ladang pertanian di kawasan Kecamatan Kota Pagaralam Selatan dan Dempo Utara, Sumatera Selatan, saat ini diserang hama ulat.

    Kondisi ini membuat para petani kembali mengalami kerugian karena banyak tanaman sayur mereka mati karena dimakan ulat yang jumlahnya setiap hari semakin bertambah.

    Pantauan Sripoku.com di beberapa lokasi ladang pertanian warga banyak tanaman sayur dan padi petani terpaksa ditanam ulang karena bibit yang sudah mereka tanam mati dimankan ulat.

    Berbagai cara sudah dilakukan para petani untuk membasmi hama ulat tersebut baik dengan cara diracun menggunakan insektisida bahkan ada yang menggunakan cara manual dengan membunuh ulat dengan tangan.

    Jang (53), salah satu petani di kawasan Kelurahan Rebah Tinggi Kecamatan Dempo Utara mengatakan, hama ulat yang menyerang ladang pertanian seluas satu hektare lebih saat ini semakin banyak meskipun sudah disemprot dengan racun. Kondisi tersebut membuat tanaman kubis miliknya yang baru saja ditanam banyak mati.

    "Hama ulat ini mulai menyerang beberapa hari belakangan ini, dan jumlah semakin hari terus bertambah. Kita sudah melakukan upaya pembasmian dengan cara disemprot racun ulat namun tetap saja jumlah ulat semakin banyak. Kondisi ini membuat kita terpaksa harus mengambil ulat menggunakan tangan

    Read more...

    pertania,waspada bahaya sayur dan buah

    Waspada Bahaya Sayur dan Buah
    Pastikan membersihkan buah dan sayur dengan teliti sebelum mengonsumsinya.
    Kamis, 13 Oktober 2011, 14:49 WIB
    Pipiet Tri Noorastuti
    sayuran (Corbis)
    BERITA TERKAIT

    Prancis Larang Saus Tomat di Kantin Sekolah
    Kulit Bawang Kurangi Risiko Kanker & Diabetes
    Penelitian: Minum Kopi Hilangkan Depresi
    Kunyit, Herbal Mujarab Pembasmi Kanker
    Halal Minum 2 Cangkir Kopi Sehari

    VIVAnews - Buah dan sayur merupakan sumber vitamin dan mineral yang selalu disarankan ada dalam menu sehari-hari. Namun, di balik manfaatnya, sejumlah sayur dan buah berpotensi menjadi racun yang membahayakan tubuh.

    Profesor Ahmad Sulaeman, pakar keamanan pangan dan gizi dari Institut Pertanian Bogor, mengatakan, potensi itu tak lepas dari cemaran bahan kimia pertanian, seperti pestisida, melebihi ambang batas kewajaran.

    Ia menyebut dua jenis pestisida yang biasa mencemari produk pangan segar. Pertama, yang sifatnya sistemik atau telah menyebar ke seluruh bagian sayur dan buah. Kedua, yang hanya mencemari permukaan bahan pangan sehingga masih bisa diatasi dengan cara mencuci atau menghilangkan kulitnya.

    "Kalau sistemik sulit dihilangkan," ujar pria yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Peduli Keamanan Pangan itu, dalam acara Nutritalk Sari Husada 'Pemenuhan Kebutuhan Gizi Mikro, Tantangan Terbesar Anak Masa Kini', Jakarta, Kamis, 13 Oktober 2011.

    Buah segarIa menyebut bahan makanan segar yang paling beresiko tinggi mengandung residu pestisida adalah apel, pir, peach, anggur, buncis, tomat, stroberi, bayam, cabe, melon, selada dan berbagai jus. Buah dan sayuran segar berkulit lembut cenderung mengandung residu lebih banyak daripada buah dan sayuran berkulit tebal atau bercangkang.

    "Tapi waspada juga buah berkulit seperti kelengkeng, jangan biasakan menggigit kulitnya untuk membuka, karena kecenderungan kelengkeng tak dicuci padahal kulit potensial menyimpan residu pestisida," katanya.

    Paparan pestisida dalam tubuh manusia bisa memicu beragam masalah kesehatan jangka panjang seperti gangguan memori, leukimia, gangguan motorik, dan keguguran. Pestisida golongan antiandrogenik bahkan dapat memicu demaskulinisasi yang mengacaukan hormon pria. Pria yang mengalami kondisi ini akan cenderung menjadi feminin dan dapat mengalami pengecilan alat kelamin dalam jangka panjang.

    Berdasar data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2010, cemaran bahan kimia menempati urutan ketiga sebagai agen penyebab keracunan pangan yakni sebesar 19,13. Urutan pertama ditempati mikrobiologi.
    • VIVAnews
    Rating

    Komentar

    Read more...

    pertanian,lahan terbatas

    DI KOTA cosmopolitan menanam sayur dan buah-buahan? Mengapa tidak? Keterbatasan lahan ternyata tak menjadi alasan warga RW 01 Kelurahan Pancoran, Pancoran, Jakarta Selatan untuk bercocok tanam.

    Malah warga setempat kini getol bertanam sayuran. Maklumlah di musim kemarau ini harga sejumlah sayuran juga bumbu dapur sedang meroket. Padahal anak-anak tetap harus mendapat asupan gizi yang cukup termasuk sayur-mayur.Sementara selain sayuran, harga sejumlah kebutuhan pokok hingga kini juga masih stabil mahal.

    Camat Pancoran, Asril Marzuki didampingi Ketua TP-PKK Kecamatan Pancoran Devi Indriyani menjelaskan, pemanfaatan halaman dan lahan yang ada untuk mendukung program penghijauan yang kini digalakkan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo berkaitan prorgam ijo royo-royo. Serta meminimalisir tingkat polusi udara di Ibukota.

    Sekaligus pula lanjutnya, untuk pembudidayaan tanaman produktif demi mendongkrak penghasilan warga. Minimal hasil budidaya warga bisa dikonsumsi sekeluarga dan tampil lebih sehat pula lantaran tanpa menggunakan pupuk kimia.

    Terobosan tersebut diakui Asril kini semakin digelorakan bagi segenap warganya yang bermukim di 6 kelurahan. Meliputi Kelurahan Pancoran, Rawa jati, Pengadegan, Cikoko, Kalibata dan Duren Tiga.

    Seperti yang sudah dilakukan warga RW 01 Kelurahan Pancoran dengan bimbingan Camat, Lurah hingga serangkaian pelatihan dari Sudin Pertanian dan Kehutanan Jaksel.

    Warga kata Ketua RW 01 Kel. Pancoran H. Moh. Soleh, kini aktif menanam sejumlah tanaman organik seperti sawi hijau, slada, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, terong, cabe merah. Juga buah-buahan misalnya nanas yang sudah beberapa kali dipanen, mangga, jambu air serta tanaman obat keluarga (toga) diantaranya jahe, kunyit dan langkuas.

    Minimnya lahan setempat, oleh warga RW 01 sejumlah sayuran organik dibudidayakan di talang air (lisplang) yang disusun bertingkat hingga tiga lapis. “Kami berinisiatif menanam sebagian sayuran di talang karena lahan di sini sangat terbatas,” imbuh Moch. Soleh yang diamini sejumlah warga lainnya.

    Ketua TP-PKK DKI Tatiek Fauzi Bowo didampingi Ketua TP-PKK Jaksel Astati Syahrul Effendi dan Walikota Jaksel Syahrul Effendi memuji inisiatif dan kreativitas warga dan para ibu rumah tangga di RW 01 Kelurahan Pancoran dalam menyiasati keterbatasan yang ada. (Rachmi/b)
    Bookmark and Share
    Baca Juga

    Ribuan Truk Antre di Merak – Bakauheni, Harga Sayur Mayur Naik
    Harga Kembang Kol Naik Gila-gilaan

    Komentar Terkini (1 Komentar). Kirim komentar anda disini

    Redaksi: redaksi[at]poskota.co.id
    Jl. Gajah Mada 100, Jakarta Tel. (021) 6334702, Fax: (021) 6348968
    Email: iklan[at]poskota.co.id

    Populer

    Brondong Bu Guru TK

    – Sebagai guru TK Wahyuni, 40 (bukan nama
    Kepergok “rawat” Bini Orang

    LELAKI dari Puskesmas Air Besar (Kalbar) ini bernafsu
    Saat Selingkuh Jadi “Berkah”

    SEBENARNYA Fitri, 30, sudah lama ingin cerai dari
    Penjual Kasur Malah Syurrr

    – Nekad banget Kasmudin, 34(bukan nama sebenarnya), jadi
    Terpikat Janda Sebelah

    - Paling cocok Muhdi, 40 (bukan nama sebenarnya),

    Read more...

    pertanian kelapa

    "Dengan ekspor kelapa bulat harganya lebih murah, dan negara tujuan sangat diuntungkan karena semua komponen kelapa tersebut bisa mereka manfaatkan," ujar Irawadi saat menjadi narasumber pada acara seminar Perkelapaan Nasional di Hotel Golden View, Selasa (24/10).

    Menurutnya, mindset petani harus diubah, dan pemerintah punya tanggungjawab untuk menjadi pelopor dengan menyediakan industri pengolahan kelapa menjadi barang-barang ekonomi tinggi. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengejar ketinggalan Indonesia dari negara lain dalam industri perkelapaan.

    Hal yang sama juga disampaikan mantan Menteri Perindustrian, Fahmi Indris. Ia mengatakan tingginya angka ekspor kelapa mentah justru dimanfaatkan negara pengimpor seperti Korea Selatan dan Cina untuk menghasilkan produk kemasan berbasis kelapa yang kemudian juga di ekspor kembali ke Indonesia.

    Menurut Fahmi, setidaknya pemerintah mengekspor kelapa dalam bentuk setengah jadi, sambil menunggu membangun industri berbasis kelapa.
    Padahal menurutnya, bila kelapa diolah secara terpadu kelapa akan menjadi produk yang banyak menghasilkan produk turunan di antaranya minyak goreng, obat, kosmetika, briket arang tempurung, nata de coco, dan liquid smoke hingga baju anti peluru.

    "Kita sangat miris, produk olahan kelapa membanjiri Indonesia, padahal kelapanya dari Indonesia. Namun petaninya masih saja di bawah garis kemiskinan," ungkap Fahmi Idris saat menyampaikan materinya dalam seminar tersebut.

    Sementara itu Ketua Dekindo Kepri, Huzrin Hood mengatakan pemerintah harus membuat regulasi pengembangan industri berbasis kelapa dan melibatkan petani kelapa di daerah yang memiliki potensi kelapa seperti di Natuna.

    Dengan regulasi itu akan menciptakan program yang dikembangkan dengan menitikberatkan tumbuhnya industri berbasis rumah tangga sehingga nantinya kelapa dapat memberikan nilai tambah yang signifikan dalam mensejahterakan petani kelapa.

    "Pemerintah harusnya menciptakan program-program yang dapat meningkatkan nilai tambah dari kelapa, bukan malah membiarkan petani kelapa ekspor kelapa ke luar negeri," ujar pria yang akrab dipanggil Datok.

    Selain itu, Dekindo Kepri juga meminta pemerintah untuk memperhatikan infrastuktur dan transportasi perkebunan kelapa di daerah pesisir karena banyak perkebunan rakyat yang sudah rusak dan tidak dikelola secara baik sehingga produksinya pun tidak berkembang.

    "Banyak perkebunan kelapa di daerah pesisir yang terabaikan seperti di Kepri, padahal pada tahun 1963, daerah ini mampu menghasilkan 10ribu ton kelapa," kata dia.

    Selain seminar, dalam perayaan hari kelapa International juga dilakukan penanaman pohon kelapa secara simbolis oleh Kementerian Pertanian, Dekindo pusat, Dekindo Kepri, Pemprof, Pemko Batam dan juga BP Batam.

    Butuh Suntikan Rp 3 Triliun
    Direktur Tanaman Tahunan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Rismansyah Danasyaputra mengatakan sedikitnya 300 ribu hektar perkebunan kelapa di Indonesia mengalami kerusakan dan tidak produktif lagi. Untuk merehabilitasi iui dibutuhkan dana sekitar Rp3 triliun.

    "Kita butuh dana sekurangnya Rp3 triliun untuk memperbaiki kebun yang rusak dengan menanam kembali pohon kelapa baru. Dananya bersumber dari APBN," ujar Rismansyah Danasyaputra dalam seminar Perkelapaan Nasional di Hotel Golden View, Selasa (25/10).

    Berdasarkan perhitungan sementara, kata Rismansyah, 300 hekter perkebunan kelapa tersebut membutuhkan sedikitnya 40 juta bibit kelapa yang siap tanam.

    Sementara waktu yang dibutuhkan selama dua tahun untuk melakukan rehabilitasi. Program ini telah dicanangkan pada tahun 2012 hingga tahun 2014 mendatang.

    Dari laporan yang masuk ke Kementeri Pertanian, sedikitnya 20 persen dari total 3,8 juta hektar kebun kelapa yang ada di Indonesia, umurnya sudah tua dan rusak sehingga tidak lagi mampu berproduksi secara optimal.

    "Sejak tahun 2007 kita telah memulai rehabilitasi melalui program perkebunan terpadu," kata Rismansy

    Read more...

    teknologi pertanian di gorontalo

    Teknologi Pertanian Indonesia Belum OK Hadang Perubahan Iklim
    Kamis, 20 Oktober 2011 10:27 WIB

    REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO-- Menteri Pertanian RI Suswono mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan teknologi yang adaptif, dalam mengembangkan komoditi penunjang ketahanan pangan di negara tersebut.

    "Saat ini kita belum menggunakan teknologi yang memadai, sehingga perubahan iklim bisa sangat mempengaruhi produksi pangan di Indonesia," ujarnya saat menghadiri peringatan Hari Pangan Sedunia ke-31 di kantor Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ), Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Kamis.

    Menurutnya, iklim tidak bisa dikendalikan sehingga pemerintah dan petani harus mencari alternatif teknologi khususnya di bidang pertanian yang mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut serta inovatif.

    Sejauh ini, lanjutnya, Indonesia masih mampu bertahan dan menciptakan kemandirian pangan di tengah krisis harga pangan dunia yang berkelanjutan dengan adanya krisis finansial dan ekonomi.

    Untuk itu, kata dia, Hari Pangan Sedunia menjadi momen penting dalam membangkitkan kesadaran dan perhatian masyarakat dalam penanganan masalah pangan baik di tingkat global, regional maupun nasional.

    HPS diperingati oleh 186 negara anggota Food and Agriculture Organization (FAO), termasuk Indonesia yang memperingatinya secara nasional setiap 16 Oktober bertepatan dengan tanggal terbentuknya FAO.

    HPS di Provinsi Gorontalo resmi dibuka oleh Wakil Presiden RI Boediono, Direktur Jenderal FAO James McGrane, Menteri Pertanian RI, Menteri Kehutanan serta 19 duta besar dan konjen sejumlah negara sahabat.

    Kegiatan tersebut digelar 20-23 Oktober 2011, dengan sejumlah agenda yakni tur diplomatik, seminar nasional ketahanan pangan, lomba cipta menu dan pameran teknologi.

    Read more...

    krisis sektor pangan

    Krisis Sektor Pangan
    Author: Administrator | PDF Print E-mail
    User Rating: / 0
    PoorBest

    Subsektor tanaman pangan bakal mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim global. Tanpa langkah antisipasi, produksi akan turun karena menjadi korban perubahan pola curah hujan serta peningkatan suhu udara dan permukaan laut.

    Menurut Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Irsal Las di Jakarta, Selasa (8/12), Deptan telah menyusun strategi dan melakukan berbagai langkah antisipasi agar produksi pangan tak turun.

    Dari kajian yang dilakukan Balitbang Pertanian, perubahan pola curah hujan dan kejadian anomali iklim menyebabkan peningkatan luas area padi sawah yang terkena kekeringan.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas areal panen padi 2009 mencapai 12,8 juta hektar dengan produktivitas per hektar 4,97 ton dan produksi padi 63,8 juta ton gabah kering giling.

    Masih terkait kajian Balitbang Pertanian, dari 3,1-7,8 persen areal tanaman padi yang kekeringan, yang mengalami puso meningkat dari 0,004-0,41 persen menjadi 0,04-1,87 persen.

    Adapun pada tahun basah saat terjadi La Nina, areal tanaman padi yang bakal terkena banjir naik dari 0,75-2,68 persen menjadi 0,97-2,99 persen. Begitu pula tanaman padi yang puso naik tajam dari 0,24-0,73 persen menjadi 8,7-13,8 persen.

    Mengacu kajian di atas, penurunan produksi padi sebagai akibat puso terkait kekeringan dan kebanjiran mencapai 365.463 ton GKG tiap tahun dan kecenderungannya terus meningkat.

    Belum lagi penurunan produksi sebagai dampak peningkatan suhu udara, yang dapat menurunkan produksi padi, jagung, dan kedelai sekitar 10-19,5 persen selama 40 tahun ke depan. Hal ini terutama karena serangan hama penyakit yang mengganas.

    Adapun peningkatan permukaan air laut hingga 2050 akan menyebabkan penciutan lahan sawah hingga 292.000 hektar.

    Adaptasi dan mitigasi

    Menurut Irsal, program adaptasi tanaman pangan dan hortikultura meliputi, pertama, perbaikan manajemen dan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dan irigasi. Kedua, penyesuaian pola tanam terhadap dinamika iklim berdasarkan kalender tanam dinamis.

    Ketiga, pengembangan teknologi adaptif, seperti jenis dan varietas tanaman yang toleran terhadap kekeringan, banjir atau genangan, salinitas, serta pengelolaan lahan dan tanaman.

    Read more...

    pertanian manggis

    Minuman KBM instan, salah satu inovasi teknologi dan produk unggulan BB-Pascapanen, berhasil mencuri perhatian pengunjung Pekan Flori Flora Nasional (PF2N) di Batam pada pertengahan Juli 2010 yang lalu. Tidak seperti minuman KBM lainnya yang beredar, teknologi baru yang dihasilkan tim peneliti BB-Pascapanen dibawah koordinator Asep W Permana, MSi. tersebut sangat diminati dan dapat diterima pengunjung karena rasa pahitnya sangat berkurang.

    Seperti telah populer, KBM atau kulit buah manggis mengandung xanton, antosianin dan tanin. Produk KBM menjadi incaran pengusaha sebab saat ini menjadi tren penggunaan antioksidan sebagai suplemen maupun terapi berbagai penyakit terutama kanker. Bubuk KBM instan dapat pula digunakan sebagai kosmetika, herbal-jamu, suplemen, pewarna dan pengawet.

    Umumnya kulit buah manggis diproduksi dengan bahan baku kulit manggis segar, tetapi teknologi yang dikembangkan BB-Pascapanen menghasilkan bubuk KBM instan dari kulit kering. Salah satu keuntungan penggunaan bahan baku kulit manggis kering adalah pengolahan dapat berlangsung kapan saja, tidak tergantung musim buah manggis. Yang penting, saat musim manggis tiba, kulit buah dikumpulkan dan dikeringkan.

    Keunggulan bubuk KBM instan adalah penggunaannya yang lebih luas dan mudah, antara lain untuk minuman instan, bahan obat herbal atau jamu, campuran kosmetik, pewarna dan pengawet makanan. Selain itu, bubuk KBM instan memiliki daya simpan lama; mudah disimpan dan didistribusikan; senyawa yang tidak diinginkan (resin, serat) sudah minimal; serta mengandung antioksidan dan kapasitas antioksidan tinggi. Hasil analisis tiap gram bubuk KBM instan menunjukkan kadar antosianin 1,13 mg, kadar fenol 8,49 mg, kadar xanton (alfa mangostin) 0,59 mg, dan kapasitas antioksidan 19,72 mg AEAC. Hal ini berarti, dalam 1 gram bubuk KBM instan setara dengan 19,72 vitamin C.

    Saat ini teknologi proses pembuatan KBM instan telah dipatenkan dan terbuka dilisensikan kepada pihak swasta yang berminat. Dalam skenarionya, kerja sama lisensi produksi bubuk KBM instan tersebut melibatkan berbagai pihak, antara lain petani/kelompok tani, BB-Pascapanen dan pengusaha.

    Secara sederhana, petani/kelompok tani dapat membuat KBM kering atau tepung halus KBM yang kemudian menjadi bahan baku industri bubuk KBM instan yang dikembangkan swasta dengan teknologi dari BB-Pascapanen. Teknik mengolah KBM kering dan tepung halus KBM tidak sulit dan dapat dikuasai petani, kelompok usaha, atau rumah tangga dengan mudah setelah dilakukan pelatihan. Dalam kerja sama tersebut BB-Pascapanen dapat mengawal teknologi hingga produksi berhasil.

    Daerah sentra buah manggis yang sudah menyatakan minatnya untuk bekerja sama adalah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sukabumi. Rencananya akan direalisasikan pada tahun anggaran 2011. Sekedar diketahui, setelah proses pemilihan/sortasi dan grading buah manggis untuk ekspor, masih terdapat buah manggis off grade dalam jumlah besar yang bisa diolah menjadi jus manggis dan bubuk KBM instan.





    Sumber: diolah dari situs web BB-Pascapanen


    Minuman KBM instan sangat diminati & dapat diterima pengunjung sebab rasa pahitnya sangat berkurang
    Links Website

    Puslit/Balai Besar
    Balit
    BPTP
    Program/Komisi
    Media Pertanian OnLine
    Kementerian Pertanian
    PT. RPN
    Lainnya

    e-Layanan

    e-Produk
    Uji Mekanisasi Pertanian
    SePP Deptan
    e-Katalog

    Interaktif

    Forum Diskusi
    Tanya Jawab

    Database

    Plasmanutfah
    Pangkalan Data P4MI

    Highlight

    Pengumuman Lomba Karya Inovasi

    Suplemen Sinar Tani

    Hak Cipta © 1997-2011 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Jl. Ragunan 29, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540, Indonesia
    Telp. (021) 7806202 Fax. (021) 7800644 e-mail: info@litbang.deptan.go.id

    Disclaimer

    Best Viewed on Spread Firefox Affiliate Button

    Read more...

    pertanian apel

    Pertanian Apel
    2010
    08.19

    Kemarau Basah Pukul Petani Apel
    Rabu, 18 Agustus 2010 | 10:23 WIB

    BATU – Kemarau basah selain merugikan petani tembakau di Madura, Jember, Probolinggo, dan Bojonegoro juga memukul petani apel di Batu. Di tengah ongkos produksi budidaya apel naik 10-­20 persen per tahun, produksi apel malah menurun 20–40 persen.

    Kerugian besar itu antara lain dialami petani apel di Dusun Binangun, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Batu. Koordinator Kelompok Tani Bumi Jaya II, Desa Bumiaji, Darmanto, mengatakan, 1 hektare apel mestinya mampu menghasilkan 4–6 ton apel sekali panen. Namun kali ini, dari 1 hektare lahan hanya mampu menghasilkan 70 kilogram hingga 2 ton apel.

    ’’Biasanya setelah dilakukan perempesan (pemangkasan) ranting, pohon berbunga dengan cepat. Tapi kali ini kondisinya memprihatinkan, pohon berbunga lebih lama. Imbasnya pada ongkos pemeliharaan semakin tinggi dan produksi apel menurun,” tutur Darmanto, Rabu (18/8).

    Di kelompok tani desa tempat Darmanto, terdapat 54 petani apel dengan luas lahan 60 hektare yang masih produktif. Sementara sudah ada beberapa hektare lagi yang kini tidak dipergunakan untuk menanam apel dan petani lebih memilih menanam sayur.

    Untuk biaya pemeliharaan kebun, kata Darmanto, dalam setahun biasanya sekitar Rp 20 juta. Namun tahun ini biaya produksi meningkat antara Rp 22 juta hingga Rp 24 juta per tahun.

    Meningkatnya biaya produksi ini salah satunya untuk menambah jatah pembelian pestisida. Sebelumnya hanya butuh pestisida 125 mililiter per hektare lahan untuk sekali penyemprotan, kini butuh 250 mililiter pestisida. Sedangkan harga per botol pestisida isi 500 mililiter bervariasi antara Rp 97 ribu hingga Rp 107 ribu.

    ’’Biaya tentunya semakin bertambah untuk menjaga tanaman agar tidak terserang penyakit. Ini akibat seringnya hujan yang turun, pemeliharaan agar tanaman tidak terserang penyakit juga harus ekstra,” urai Darmanto.

    Rata-rata petani apel di tempat Darmanto menanam apel jenis room beauty yang harganya Rp 7 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram berkualitas baik. Sedangkan untuk apel berkualitas jelek hanya Rp 5 ribu per kilogram.

    Maka, bila sebelumnya 1 hektare lahan apel jenis room beauty menghasilkan 4–6 ton apel sekali panen bisa menghasilkan uang Rp 28 juta hingga Rp 60 juta. Kali ini para petani hanya mampu menghasilkan uang Rp 490 ribu hingga Rp 20 juta untuk sekali panen dengan asumsi per hektare produksinya menurun hanya 70 kilogram hingga 2 ton apel saja.

    “Kondisi seperti ini tidak hanya di Dusun Binangun, Bumiaji saja. Tapi hampir merata di seluruh perkebunan apel di Kota Batu. Bahkan juga di wilayah Pujon dan Poncokusumo, Kabupaten Malang, dan di Nongkojajar, Pasuruan. Bisa dikatakan 80 persen petani apel kini merugi,” ujar Darmanto.

    Menurut dia, kerugian ini disebabkan karena cuaca lebih banyak didominasi hujan yang turun terus-menerus. Fenomena alam yang disebut Darmanto sebagai kemarau basah menyebabkan tanah dalam kondisi basah. Padahal dibutuhkan kondisi tanah kering , sehingga daun tanaman apel akan mudah muncul kemudian berbuah.

    Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) setempat, lahan apel di Kota Batu mengalami penurunan. Pada 1980-an, luas lahan apel masih sekitar 900 hektare. Namun kini diperkirakan hanya tinggal 600 hektare saja karena banyak petani apel yang beralih menjadi petani sayuran dan sejenisnya.

    Kepala Distanhut Kota Batu, Ir Himpun sendiri mengaku belum tahu dengan fenomena banyaknya petani apel yang merugi akibat kemarau basah ini. “Saya belum tahu kalau ada petani yang merugi akibat kemarau basah ini. Bisa jadi hal ini disebabkan tanaman mereka kurang pupuk atau kurang pestisida. Saya akan mencoba mengecek ke lapangan,” tukasnya.

    Menurut dia, para petani apel harus segera beralih ke pola pertanian semi organik. Dengan demikian bisa meminimalisasi segala kemungkinan akibat pola bertani yang sebelumnya dinilai merusak tanah. Dengan menggunakan pola organik, tanah dan tanaman lebih kuat lagi. Selain itu dengan pola organik juga bisa menekan ongkos produksi petani sendiri.

    “Untuk membantu petani sendiri kami memiliki Standar Operasional Pertanian (SOP) yang dibiayai oleh Pemprov Jatim. Kami akan segera melakukan pemantauan dulu di lapangan,” kata Himpun singkat.zar

    Read more...

    pertnaian semangka

    SEMANGKA
    (Citrullus vulgaris)
    1. SEJARAH SINGKAT
    Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang
    dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan
    subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti:
    Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga
    buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh
    manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air,
    sehingga penyebarannya menjadi cepat.
    2. JENIS TANAMAN
    Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya
    beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas yang
    cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka
    hitam dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan
    Semangka Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan
    tersendiri. Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya:
    benih Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.
    TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    Hal. 2/ 16
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    3. MANFAAT TANAMAN
    Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi
    ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur.
    Semangka yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya, yang memiliki aroma dan
    rasa tawar, bijinya diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai
    masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar
    seperti buah ketimun atau jenis labu-labuan lainnya.
    4. SENTRA PENANAMAN
    Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India dan
    negera-negara sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa Tengah
    (D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa Barat
    (Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di Lampung,
    dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun.
    5. SYARAT PERTUMBUHAN
    5.1. Iklim
    1) Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah
    40-50 mm/bulan.
    2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai
    tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran
    waktu panen.
    3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan
    optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).
    4) Suhu udara yang ideal bagipertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harian
    rata-rata yang berkisar 20–30 mm.
    5) Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari

    Read more...

    perkebunan singkong

    PERKEBUNAN SINGKONG SATU HEKTAR 200 Ton
    (majalah Trubus)


    Pensiun dini dari sebuah bank, berpendidikan sarjana, dan datang dari keluarga berada, Yordan Bangsaratoe memilih menjadi pekebun singkong, bahan baku bioetanol. Beragam cibiran seperti orang gila, tak menyurutkan niatnya. Kini dari kebun singkong ia menuai laba bersih Rp40-juta per ha, jauh lebih besar ketimbang gaji sebagai karyawan bank. Rahasianya? Ia menggenjot produksi hingga 120 ton/ha; pekebun lain rata-rata cuma 20-30 ton per ha.

    Usianya 38 tahun ketika bank tempatnya bekerja selama 9 tahun itu dilikuidasi. Namanya tercatat dalam deretan karyawan yang harus 'pensiun dini'. Sarjana Ekonomi alumnus Universitas Lampung itu sempat gamang. Untuk apa uang pesangon itu? Ia akhirnya memutuskan menanam singkong, komoditas yang banyak diusahakan di Lampung. Yordan tertantang lantaran banyak petani singkong di bumi Ruwai Jurai itu miskin.

    Setelah bertemu peneliti, berselancar di dunia maya, dan membaca pustaka, Yordan menyambung bibit singkong. Ia menjadikan singkong kasetsart sebagai batang bawah dan singkong karet sebagai batang atas. Kasetsart dipilih sebagai batang bawah karena unggul. 'Potensi hasilnya mencapai 30 ton/hektar,' kata Yordan.

    Soal singkong karet? Varietas yang tidak menghasilkan ubi itu berdaun rimbun. Yordan berasumsi, dengan banyaknya jumlah daun, maka pertumbuhan ubi semakin besar. Sebab, daun tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Dari proses itu dihasilkan makanan yang akan dipasok ke seluruh bagian tanaman. Sedangkan kelebihannya akan disimpan dalam umbi. Penyambungan itu ia lakukan sendiri untuk menghasilkan 4.400-4.500 bibit. Itu cukup untuk penanaman di lahan 1 ha.

    Ayah 2 anak itu menyiapkan bibit pada musim kemarau. Sambungan antara singkong kasetsart dan singkong karet diikat dengan plastik. Ia rutin mengontrol pertumbuhan bibit di persemaian selama sebulan. Jika terjadi penyumbatan alias bottleneck, dipastikan sambungan tidak sempurna, jadi tidak layak dijadikan bibit. Bila kulit batang dan gabus berwarna putih dan tumbuh mata tunas, maka penyambungan itu berhasil.
    Pupuk

    Sebulan pascapenyambungan, ia memindahtanamkan bibit ke lahan setelah memotong bagian akar. Yordan membudidayakan anggota famili Euphorbiaceae itu berjarak tanam 1,5 m x 1,5 m sehingga populasi 4.400-4.500 batang per ha. Itu cukup memberikan ruang bagi singkong untuk tumbuh maksimal. Bandingkan dengan jarak tanam pekebun lain 1 m x 1 m-total populasi lebih dari 9.000 tanaman-sehingga tampak rapat. Dampaknya, produksi justru rendah.

    Menurut Yordan, jarak tanam lebar bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan produksi singkong. 'Komposisi pupuk kunci utamanya, bukan banyaknya pupuk,' kata pria kelahiran 11 Desember 1960 itu. Yordan menaburkan 5 ton pupuk kandang per ha di lahan yang sudah diolah. Empat hari usai tanam, ia menambahkan 0,5 gram pupuk NPK di sekeliling batang. Total pupuk NPK yang diberikan 200 kg.

    Ia kembali memberikan total 300 kg NPK ketika kerabat karet itu berumur 3 bulan. Yordan memanen singkong berumur 10 bulan. Produktivitas ubikayu yang dibudidayakan di Madukoro, Lampung Utara, itu mencapai 30 kg per tanaman atau sekitar 120 ton per hektar. Saat ini, ia mengebunkan 17 ha. Dengan begitu ia mampu memanen 80 ton singkong per hari. Dengan kadar pati 30%, hanya perlu 4 kg singkong untuk menghasilkan 1 liter bioetanol; varietas lain, 6 kg.

    Yang juga menerapkan sistem budidaya intesif adalah Tjutju Juniar Sholiha, pekebun singkong di Sukabumi, Jawa Barat. Ia berpegang pada komposisi pupuk untuk memaksimalkan singkong varietas darul hidayah. 'Bila tidak dipupuk, bobot umbi paling 15-20 kg. Tapi dengan pemupukan intensif, produksi menjulang 20-40 kg per tanaman,' katanya.
    Rendam

    Sebelum menanam, Tjutju merendam bibit sepanjang 10-15 cm dalam pupuk organik cair selama 3 jam. Bukan cuma sebagian, tetapi seluruh permukaan bibit terendam dalam pupuk. Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Ia menanam bibit-tanpa daun-berjarak 2,5 m x 1 m sehingga total populasi 5.000 tanaman. Alumnus Fakultas Biologi Universitas Nasional itu langsung memberikan 1 kg kompos per tanaman sekaligus menyiramkan pupuk organik cair. Hanya dalam waktu 2 pekan, bibit memunculkan tunas muda.

    Perempuan kelahiran Bandung 17 Juni 1969 itu kembali memberikan pupuk organik cair pada bulan kedua dan keempat dengan total dosis per bulan sebanyak 2 liter untuk seluruh tanaman. Sedangkan pada bulan ketiga dan kelima ia memberikan 600 kg Urea dan 495 kg NPK di bawah tajuk tanaman. Setelah bulan kelima hingga panen, ia tak pernah memupuk lagi.

    Oleh karena itu, penanaman sebaiknya saat musim hujan. Dengan budidaya seperti itu Manihot utillisima berproduksi maksimal, 200 ton per hektar atau rata-rata 40 kg per tanaman. Bahkan ia pernah memanen 100 kg umbi dari 1 tanaman. Hasil penelitian Institut Pertanian Bogor, singkong darul hidayah yang dikembangkan Tjutju berkadar pati 32%.

    Read more...

    pertanian organik

    Pertanian Organik

    Menuju Petani yang Maju dan Berwawasan Luas

    Home
    Tentang Kami
    Produk Organik

    Subscribe to feed

    BRIKET TEMPURUNG KELAPA ( COCONUTS SHELL BRIQUET )

    September 19, 2008 in Informasi | Tags: ARANG TEMPURUNG KELAPA, BRIKET TEMPURUNG KELAPA, COCONUTS SHELL BRIQUET | 12 comments

    Briket Tempurung Kelapa adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku tempurung kelapa yang sudah di olah menjadi briket dan di harapkan menjadi bahan bakar pengganti sebagai pilihan yang dibutuhkan masyarakat

    1. HEMAT & EKONOMIS. Hasil Lab. SUCOFINDO menunjukkan , bahwa Briket Tempurung Kelapa yang berkualitas B ( khusus untuk rumah tangga, rumah makan / restauran , home industri dan lain-lainnya) produksi PT. Marga Okapallo memiliki kalori 6481/kg dan mudah terbakar, menghasilkan energi panas tinggi dan tahan lama sehingga secara ekonomis menggunakan Briket Tempurung Kelapa akan lebih hemat apabila dibandingkan dengan jenis bahan bakar lainnya.

    2. AMAN &RAMAH LINGKUNGAN. Diolah tanpa menggunakan bahan kimia, pada saat digunakan abunya tidak berterbangan dan tidak berasap , tidak meninggalkan noda hitam pada peralatan yang digunakan ( alat-alat dapur dan lain-lainnya) tidak mengeluarkan bau menyengat / aroma tidak sedap yang dapat mengganggu aktifitas kerja kesehatan maupun lingkungan.

    KOMBET ( KOMPOR BRIKET)s

    1. AMAN DAN PRAKTIS . – Kombet ( kompor briket) aman dan praktis saat digunakan, tidak menimbulkan resiko ledakan dan mudah perawatan .

    2. BEBAS POLUSI DAN EKONOMIS. – Kombet ( kompor briket) dengan bahan bakar briket tempurung kelapa, sungguh memberikan nilai tersendiri bagi yang memahami pentingnya makna Sehat dan Hemat.

    Keunggulan Briket Batok Kelapa

    1. Lebih murah dan Ekonomis

    2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama

    3. Tidak beresiko meledak/terbakar seperti Kompor Minyak Tanah atau Kompor Elpiji

    4. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga sehingga tidak membuat alat2 memasak anda menjadi rusak

    5. Sumber Briket Batok Kelapa berlimpah

    6. Ramah Lingkungan dan aman Bagi Kesehatan terutama bagi Ibu-Ibu yang sering memasak didapur

    PETUNJUK PEMAKAIAN :

    1. Buka tutup sarangan kompor
    2. Angkat sarangan kompor
    3. Ambil pemantik, isi dengan kapas secukupnya dan beri spiritus sampai kapas basah dengan rata.
    4. Taruh kembali pemantik pada tempatnya.
    5. Tempatkan sarangan dan beri briket 10 – 11 biji.
    6. Nyalakan pemantik melalui lubang samping.
    7. Tunggu hingga briket terbakar sempurna ( ± 15 menit ).
    8. Siap untuk digunakan.

    Cara mematikan :

    1. Ambil briket satu persatu, celupkan pada air sisi per sisi agar tidak pecah.
    2. Atau, ambil briket satu persatu, semprot dengan sprayer berisi air.


    Ukuran 4cm x 3cm x 3cm
    Minimum order 50kg
    Harga 10.000,- per kilo (NEGO)

    pemesanan kirim email ke maskholik@lareosing.org. atau ke 0361-8564213
    ALumunium Foil untuk Kemasan produk

    August 2, 2008 in Informasi | Tags: ALumunium Foil, kemasan, makanan | 29 comments

    Kami menyediakan dan menjual plastik alumunium foil. Plastik alumunium foil yang kami jual antara lain :
    Plastik Alumunium Foil yang Sudah di Seal 3 sisi
    Ukuran Plastik (PxL) Volume Kantong Jumlah per Kg
    17×22 cm 50 gr ± 150 lembar
    17×25 cm 100 gr ± 120 lembar
    20×25 cm 100 gr ± 111lembar
    20×29 cm 100-200 gr ± 95 lembar
    23×29 cm 200 gr ± 90 lembar
    25×34 cm 250 gr ± 80 lembar
    29×34 cm 500 gr ± 55 lembar
    34×40 cm 1000 gr ± 50 lembar
    Harga Rp. 65.000,- per kg
    Minimum order 5kg
    SHAKTI Fungisida Alami (Botanis) Pertama Buatan Indonesia

    July 31, 2008 in obat organik | Tags: Fungisida Alami, Fungisida Botanis, Jamur Tanaman, SHAKTI | 1 comment

    Fungisida Alami (Botanis) Pertama Buatan Indonesia
    Mencegah, Mengatasi, dan Membasmi Jamur Tanaman dengan Tuntas dan Aman

    SHAKTI adalah FUNGISIDA ALAMI yang diformulasikan guna menanggulangi serangan jamur pada tanaman dengan kemampuan yang sangat luas ( broad spectrum ), SISTEMIK maupun KONTAK. Seperti terhadap :

    > Phytopthora sp. (Busuk daun / batang)
    > Colletotrichum sp. (Antraknosa)
    > Rhizoctonia sp., Phytium sp. (Rebah Batang)
    > Oidium sp., Plassmopara sp. (Penyakit Tepung)
    Phyllosticta sp., Exobasidium sp. (Cacar Daun)
    Cercospora sp. Alternaria sp. (Bercak Daun dll.)

    - PERLINDUNGAN menyeluruh terhadap serangan jamur.
    - MENINGKATKAN daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit.
    - MENGURANGI kemampuan spora untuk berkembang biak.
    - MENINGKATKAN reaksi antagonis dan mematikan jamur secara langsung.

    Kemasan Plastic PVC 500ml
    Minimum order 1 Box
    Harga Rp 350.000,-
    Apabila anda tertarik silahkan email ke maskholik@lareosing.org

    Pupuk Slow Release

    July 31, 2008 in obat organik | Tags: pupuk angrek, Pupuk organik murni, Pupuk Slow Release, SUBURI CHIPS, SUBURI SUPER STICK | 1 comment

    SUBURI CHIPS
    Pupuk organik murni yang dibentuk secara khusus untuk pengguanaan pada anggrek yang dipelihara dalam pot.
    Mencukupi seluruh kebutuhan anggrek untuk bertumbuh dan berbunga secara maksimal.
    Meningkatkan kemampuan Anggrek terhadap perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit.
    Meningkatkan daya tahan serta memperbaiki mutu dan warna bunga.
    Deangan menaburkan 10-20 butir utk pot uk sedang, dapat diulangi pemberian pupuk setiap 1-2 bulan.

    SUBURI SUPER STICK
    Pupuk organik murni berbentuk batangan khusus untuk semua jenis tanaman hias yang dipelihara dalam pot.
    Mencukupi seluruh kebutuhan makanan bagi tanaman untuk bertumbuh secara lebih baik dan lebih sehat.
    Cukup dengan menusukkan 4-8 batang atau lebih (tergantung besar nya pot) kedalam tanah di sekeliling tanaman. Pemberian dapat diulangi 1-2 bulan berikutnya.

    Kemasan Box 10gram
    Minimum order 30pcs
    Harga … per 30pcs
    Apabila tertarik silahkan email ke maskholik@lareosing.org

    ATASI Pestisida Alami (Botanis) Pertama Buatan Indonesia

    July 31, 2008 in obat organik | Tags: ATASI, BAKTERISIDA, FUNGISIDA, INSEKTISIDA, NEMATISIDA, Pestisida Alami, Pestisida Biologis, Pestisida Botanis | 5 comments

    ATASI adalah pestisida biologis / botanis yang merupakan kombinasi antara INSEKTISIDA – FUNGISIDA – BAKTERISIDA – NEMATISIDA, yang mampu mengatasi segala macam gangguan hama dan penyakit tanaman secara sistematis, praktis, ekonomis dan ekologis.

    Dibuat dengan memanfaatkan lebih dari 20 jenis bahan-bahan alami yang berasal dari tanaman (azadirachtin, cerberin, margosine, nimbin, acorin, carvacrol, meliantriol, nicotine, dll.) yang telah dikenal mempunyai kemampuan tinggi dalam mengatasi gangguan / serangan hama dan penyakit tanaman.

    Diformulasikan secara ilmiah penuh sehingga mempunyai kemampuan yang maksimal sebagai pestisida yang berfungsi rangkap (all in one).

    1. Menghilangkan / mengurangi nafsu makan, sehingga serangga akan mati dalam beberapa hari (anti feedan)
    2. Mempengaruhi kemampuan bertelur serta menghambat pertumbuhan larva serta pupa serangga (inhibiting the development of eggs, larve and pupae)
    3. Menghambat proses pergantian kulit serta perubahan wujud serangga (deterring metamorphose & moulting process)
    4. Mengurangi kemampuan reproduksi / menekan jumlah perkembangbiakan (disrupting mating & sexual communication)
    5. Mempengaruhi sistim saraf serangga / racun kontak (contack poison)
    6. Menghambat pembentukan lapisan kulit pelindung sehingga serangga menjadi lemah / tidak dapat hidup lebih lama (chitin formation inhibitor)

    ATASI mampu mengatasi gangguan yang berasal dari berbagai jenis serangga perusak seperti :
    Belalang, Jangkrik, Wereng, Aphids, Kutu Putih, Kutu Loncat, Kutu Perisai, Kutu Tepung, Thrips, Kumbang Biji, Kumbang daun, Ulat Keket, Ulat Grayak, Ulat Jengkal, Ngengat, Lalat Buah, Lalat Pucuk, Lalat Parasit, Nematoda Akar, Rayap, Jamur, Bakteri serta Virus.

    Kemasan : Botol Plastic 500ml dan 1 liter,
    Minimum order 1 Box
    Harga Rp 250.000,-

    Apabila anda tertarik silahkan email ke maskholik@lareosing.org

    SUBURI Pupuk Organik Cair Lengkap dan sempurna

    July 31, 2008 in obat organik | Tags: Add new tag, Produksi tanaman, Pupuk Organik Cair, suburi | 1 comment

    SUBURI LIQUID berupa cairan pekat berwarna coklat kehitaman, koloidal dengan bau yang spesifik, merupakan hasil rekayasa bioteknologi yang sangat canggih dalam memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur-unsur hara makro dan mikro yang essensial dan lengkap ( Multi Function Organic Fertilizer )

    Mengandung sekitar 90 elemen alami yang sangat berharga dan hormon alamiah di dalamnya (Cytokinin, Giberellin, Auxin, Indole Acid (I.A.A.) serta sejumlah asam amino yang dibutuhkan tanaman.

    SUBURI LIQUID berperana dalam :
    1. Menyempurnakan pertumbuhan secara menyeluruh (Vegetative & Generative Enhancer)
    2. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama & penyakit.
    3. Memperbanyak serta menyempurnakan pembungaan dan pembuahan.
    4. Memperbaiki ukuran bunga maupun warna bunga.
    5. Menghasilkan pertumbuhan umbi dan daun yang lebih besar dan kuat serta meningkatkan jumlah tandan dan daya tahan bunga.
    6. Untuk merangsang pertumbuhan akar pada stek dan cangkokkan.
    7. Untuk meningkatkan & mempercepat perkecambahan

    SUBURI LIQUID tersedia dalam ukuran 100 cc, 500 cc dan 1 Liter, Kemasan plastic PVC
    Harga Rp. 250.000 per Box (Minimum order 1 Box)
    Berminat silahkan email ke maskholik@lareosing.org

    Prospek Pertanian Organik di Indonesia

    July 29, 2008 in Informasi | Tags: indonesian farmer, obat organik, Pertanian Organik, produk organik, Prospek Pertanian, pupuk organik | 13 comments

    Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan �Back to Nature� telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.

    Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.

    Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

    Peluang Pertanian Organik di Indonesia

    Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.

    Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea.

    Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut.

    Areal tanam pertanian organik, Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu sekitar 7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta; 3,7 juta dan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih relatif rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar (Tabel 1). Sayuran, kopi dan teh mendominasi pasar produk pertanian organik internasional di samping produk peternakan.

    Tabel 1. Areal tanam pertanian organik masing-masing wilayah di dunia, 2002

    No. Wilayah Areal Tanam (juta ha)

    Australia dan Oceania 7,70
    Eropa 4,20
    Amerika Latin 3,70
    Amerika Utar 1,30
    Asia 0,09
    Afrika 0,06

    Sumber: IFOAM, 2002; PC-TAS, 2002.

    Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.

    Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.

    Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani.

    Pertanian Organik Modern

    Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

    Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

    Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:

    a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.

    b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.

    Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.

    Tabel 2. Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian organik

    No. Kategori Komoditi

    Tanaman Pangan Padi
    Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis.
    Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
    Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya.
    Peternakan Susu, telur dan daging

    Panduan Umum Pertanian Organik

    July 29, 2008 in Informasi | Tags: obat pertanian, petani, produk pertanian, pupuk organik, suburi | 2 comments

    Lahan
    Pada dasarnya semua lahan dapat dikembangkan menjadi lahan PO. Yang terbaik adalah lahan pertanian yang berasal dari praktek pertanian tradisional atau hutan alam yang tidak pernah mendapatkan asupan bahan-bahan agrokimia (pupuk dan pestisida).
    Namun, bila lahan yang digunakan berasal dari lahan bekas budidaya pertanian konvensional (menggunakan pupuk dan pestisida kimia), lebih dahulu perlu dilakukan konversi lahan. Konversi lahan adalah upaya yang bertujuan untuk meminimalkan kandungan sisa-sisa bahan kimia yang terdapat dalam tanah dan memulihkan unsur fauna dan mikroorganisme tanah. Lamanya konversi tergantung dari intensitas pemakaian input kimiawi dan jenis tanaman sebelumnya (sayuran, padi atau tanaman keras).
    Masa konversi dapat diperpanjang/diperpendek tergantung pada sejarah lahan tersebut. Bila masa konversi telah lewat, lahan tersebut merupakan lahan organik. Bila kurang dari itu, maka lahan tersebut masih merupakan lahan konversi menuju organik.

    Benih
    Benih yang digunakan untuk budidaya PO adalah benih yang tidak mendapatkan perlakuan rekayasa genetika. Petani sebaiknya menggunakan benih lokal, atau benih hibrida yang telah beradaptasi dengan alam sekitar.
    Keunggulan menggunakan benih lokal adalah mudah memperolehnya dan murah harganya, bahkan petani bisa membenihkan sendiri. Selain itu, benih lokal memiliki asal usul yang jelas dan sesuai dengan kondisi alam sekitar. Dengan memakai benih sendiri, petani juga tidak tergantung pada pihak luar.

    Persiapan tanam
    Lahan yang digunakan untuk produksi PO sedapat mungkin dijaga kestabilannya tanpa harus mengacaukan, yaitu berpedoman pada metode sedikit olah tanah (minimum tillage).

    Tanam
    Prinsip yang diterapkan dalam praktek penanaman PO selalu mencerminkan adanya tumpangsari agar tercipta keanekaragaman tanaman (varietas). Perencanaan dan teknik penanaman perlu disesuaikan dengan sifat tanaman, prinsip-prinsip pergiliran tanaman dan kondisi cuaca setempat.

    Pemeliharaan Tanaman
    Setiap tanaman memiliki sifat karakteristik tertentu, maka pemeliharaan tanaman ditentukan oleh sifat karakteristik tersebut. Dengan mengenali karakteristik tanaman petani dapat dengan mudah melakukan pemeliharaan yang sesuai, sehingga tujuan pemeliharaan tercapai yaitu “kebahagiaan tanaman itu sendiri”.

    Pemupukan
    Secara teori, lahan PO akan semakin subur karena proses-proses yang diterapkan berpedoman pada pemeliharaan tanah. Tetapi realitanya, petani seringkali kurang memahami hal ini sehingga tanah selalu lebih banyak kehilangan unsur hara —melalui erosi, penguapan, dsb— dibandingkan dengan hara yang diberikan/ditambahkan. Maka prinsip pemupukan ditentukan oleh kepekaan kita dalam mengamati/menilai kapan tanaman kekurangan makanan.

    Pengendalian HPT/OPT
    PO berbasis pada keseimbangan ekosistem. Konsekuensinya semua organisme yang ada (termasuk hama) dipandang ikut berperan dalam proses keseimbangan tersebut. Dengan kata lain, tidak ada mahluk hidup yang tidak berguna. Yang diperlukan adalah mengendalikan hama/penyakit supaya tidak berada dalam jumlah berlebihan.
    Pola tumpangsari, pergiliran tanaman, pemulsaan, rekayasa teknik menanam, dan manajemen kebun menjadi pilihan metode pengendalian HPT karena sesuai dengan prinsip keseimbangan.
    Penggunaan pestisida alami diperlukan sejauh kita tahu bahwa di lahan PO sedang terjadi ketidakseimbangan, yang terlihat pada munculnya gangguan hama/penyakit. Kadar pemakaiannya juga tergantung dari tingkat gangguan yang ada.

    Panen
    Setiap langkah dalam proses produksi akan dinilai dari hasil panenan. Prinsip dalam panen adalah menjaga standar mutu dengan memanen tepat waktu sesuai kematangan. Cara pemanenan juga perlu berhati-hati sehingga tidak menimbulkan kerusakan atau kehilangan hasil yang lebih besar.

    Pasca Panen
    Kegiatan pasca panen harus mampu menekan kerusakan hasil seminimal mungkin. Metode pengolahan yang dilakukan tidak boleh mengubah sama sekali komposisi bahan aslinya. Karenanya proses seleksi, pencucian, pengepakan, penyimpanan dan pengangkutan produk organik perlu berhati-hati agar kondisi tetap segar dan sehat ketika berada di tangan pembeli. Dalam PO, kegiatan pasca panen menghindari pemakaian bahan pengawet atau perlakuan kimiawi lainnya dan seminimal mungkin melakukan proses pengolahan.

    Dalam PO berlaku standar yang berfungsi sebagai pedoman bagi petani dan pelaku lain dalam menjalankan usahanya di bidang ini. Standar ini berisi prinsip-prinsip mendasar PO dan hal-hal umum yang sebaiknya dilakukan dan dihindari dalam bertani organik. Sebagai contoh, pemerintah telah menerbitkan SNI (Standar Nasional Indonesia ) 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik yang dapat menjadi acuan bagi para pelaku terkait pengembangan PO. Standar ini mengacu pada standar internasional yakni Codex CAC/GL 32/1999, dan cukup selaras dengan standar dasar IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement). BIOCert sendiri tengah mengembangkan standar PO yang selaras dengan pedoman di atas dan sesuai dengan visi dan misi BIOCert.

    Apa Itu Pertanian Organik?

    July 29, 2008 in Informasi | Tags: Pertanian Organik, pupuk dalam negeri, sayur organik | 2 comments

    Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu kesatuan, terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan organ-organnya. Semua bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan berbagi. Tiap organ memiliki peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikan sinergi untuk menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. Setiap komponen tidak berpikir dan beraksi hanya demi ‘aku’, tetapi untuk ‘kita’: keseluruhan alam. Demikian halnya Alam, melindungi dan mengayomi bagian-bagiannya secara harmonis. Itulah organis, tidak egois.

    Pertanian organik (PO) juga tunduk pada prinsip diatas, pada hukum alam. Segala yang ada di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling melengkapi, melayani dan menghidupi untuk semua. Dalam alam ada keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Maka, PO pun menghargai keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan prinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya PO, tidak untuk memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan berkesinambungan. Inilah filosofi mendasar PO.

    Perkembangan Pertanian Organik
    Praktek pertanian yang menggunakan bibit unggul yang dihasilkan oleh perusahaan benih, bahan-bahan kimia buatan pabrik (agrokimia) —baik untuk pemupukan lahan dan pengendalian hama— awalnya dirasakan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Namun, setelah beberapa dekade, praktek tersebut menimbulkan permasalahan khususnya terhadap kerusakan ekosistem lahan pertanian dan kesehatan petani itu sendiri.

    Penurunan hasil pertanian yang dibarengi dengan meningkatnya daya tahan hama dan penyakit tanaman, disebabkan karena fauna tanah yang bermanfaat bagi tanaman semakin berkurang dan mikroorganisme yang berguna bagi kesuburan tanah pun nyaris hilang akibat pemakaian input agrokimia yang berlebihan. Bahkan, hama dan penyakit tanaman bukannya menurun, tapi justru semakin kebal terhadap bahan-bahan kimia tersebut. Sehingga, petani memerlukan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membasminya. Ini artinya, petani tidak saja menebar racun untuk membasmi hama dan penyakit, tetapi juga meracuni dirinya sendiri.

    Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat. Kepedulian tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang konkrit untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta aman bagi kesehatan manusia. Salah satu usaha yang dirintis adalah dengan pengembangan PO yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang mematikan.

    Sebenarnya, PO ini sudah menjadi kearifan/pengetahuan tradisional yang membudaya di kalangan petani di Indonesia. Namun, teknologi pertanian organik ini mulai ditinggalkan oleh petani ketika teknologi intensifikasi yang mengandalkan bahan agrokimia diterapkan di bidang pertanian. Sejak saat itu, petani menjadi target asupan agrokimia dan tergantung dari pihak luar. Setelah muncul persoalan dampak lingkungan akibat penggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi PO yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan lagi. (Sutanto, 2002).

    Apa dan Bagaimana Budidaya PO ?
    PO merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan menghargai prinsip-prinsip yang bekerja di alam yang telah menghidupi segala mahluk hidup berjuta-juta tahun lamanya. PO merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan iklim dan lingkungan sekitar. Dalam prakteknya, budidaya PO menggunakan semaksimal mungkin bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitarnya, dan tidak menggunakan asupan agrokimia (bahan kimia sintetis untuk pertanian). Lebih jauh, karena PO berusaha ‘meniru’ alam, maka pemakaian benih atau asupan yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika (GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari.

    Kerapkali PO hanya dipahami secara teknis bertani yang menolak asupan kimiawi atau sebagai budidaya pertanian yang anti modernisasi atau disamakan dengan pertanian tradisional. Pemahaman ini sungguh kurang tepat. PO bukan sekedar teknik atau metode bertani, melainkan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup. PO memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling tergantung dan menghidupi, dimana manusia juga adalah bagian di dalamnya. Sistem nilai PO mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum alam. PO juga mengajak petani dan manusia umumnya untuk arif dan kreatif dalam mengelola alam yang tercermin dalam sikap dan keyakinannya. PO juga tidak menolak penggunaan teknologi modern di dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi modern tersebut selaras dengan prinsip PO, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam, keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan kekhasan lokal. Maka, baik kearifan tradisional dan teknologi modern yang tunduk pada prinsip alam, keduanya mendapat tempat dalam PO.

    Gerakan PO mencoba menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain, yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan asupan dari luar yang meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah dan menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian.

    Budidaya PO, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara petani sebagai produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan besar penyedia pupuk dan bahan agrokimia serta perusahaan bibit. Solidaritas untuk berdaulat dan berorganisasi demi mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan keadilan sosial bagi petani.

    Pertanian Organik

    July 29, 2008 in Informasi | Tags: obat organik, penyubur tanah, Pertanian Organik, pupuk semangka | 3 comments

    Pertanian Organik adalah sistem produksi pertanian yang menghindari atau sangat membatasi penggunaan pupuk kimia (pabrik), pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan.

    Budidaya tanaman berwawasan lingkungan adalah suatu budidaya pertanian yang direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan sifat-sifat, kondisi dan kelestarian lingkungan hidup, dengan demikian sumber daya alam dalam lingkungan hidup dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga kerusakan dan kemunduran lingkungan dapat dihindarkan dan melestarikan daya guna sumber daya alam dan lingkungan hidup

    WordLinx - Get Paid To Click
    Archives

    September 2008
    August 2008
    July 2008

    Recent Posts

    BRIKET TEMPURUNG KELAPA ( COCONUTS SHELL BRIQUET )
    ALumunium Foil untuk Kemasan produk
    SHAKTI Fungisida Alami (Botanis) Pertama Buatan Indonesia
    Pupuk Slow Release
    ATASI Pestisida Alami (Botanis) Pertama Buatan Indonesia

    Recent Comments
    koropedangnews on ALumunium Foil untuk Kemasan…
    jc on ALumunium Foil untuk Kemasan…
    Pertanian Organik: K… on Pertanian Organik
    iwan on ALumunium Foil untuk Kemasan…
    Rahmat Riza on ALumunium Foil untuk Kemasan…

    October 2011 M T W T F S S
    « Sep
    1 2
    3 4 5 6 7 8 9
    10 11 12 13 14 15 16
    17 18 19 20 21 22 23
    24 25 26 27 28 29 30
    31
    Office
    Jl.By Pass Ngurah Rai no.99
    Padang Galak, Sanur
    Bali - Indonesia
    Telp. +62 361 - 286 773
    Fax. +62 361 - 286 773
    E-mail : maskholik@lareosing.org

    Warehouse :
    Desa Jatirejo
    Kecamatan Purwoharjo
    Kabupaten Banyuwangi




    Bank Account


    Bank Mandiri (IDR)
    KCP Denpasar T. Umar
    Account No. 145-00-0529132-9
    Account Name. Kholik Mawardi


    Permata Bank (USD)
    Account No. 5804236513
    Account Name. Kholik Mawardi
    Swift Code : BBAIDJA
    Link

    Bali Handicraft Exporter
    Bali Natural Spa Product
    Butik Online Lampung

    Blog Stats

    59,449 hits










    Powered by Lintas Berita

    Theme: Tarski by Ben Eastaugh and Chris Sternal-Johnson. Blog at WordPress.com.

    Subscribe to feed.
    Follow
    Follow Pertanian Organik

    Get every new post delivered to your Inbox.

    Powered by WordPress.com

    Read more...
    BEAUTIFULL
    Diberdayakan oleh Blogger.

      © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

    Back to TOP