About Me

My Blog List

= mrDarmian
  • kuliner
  • susana
  • uci
  • cindy
  • a href=http://owisata.blogspot.com>juariyah
  • Author

    Foto Saya
    vitha_nobita
    aku ya aku,bukan orang lain,aku ingin jadi orang yang superstar biar semua orang tau kalau aku patut untuk dibanggakan bukan untuk diremehkan atau dicemohkan
    Lihat profil lengkapku

    Followers

    Senin, 31 Oktober 2011

    perkebunan mangga

    Home
    AgriEvents
    AgriTips
    AgriOpini
    AgriWacana
    Lingkungan
    Bisnis
    Pasca Panen
    Hama & Penyakit
    Tanaman
    Pupuk
    Teknologi
    Budidaya
    AgriSiana
    AgriWarta

    Buah Mangga

    Posted by Edo El Frandho on Dec 28th, 2010 and filed under AgriWacana, Tanaman. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Buah Mangga

    Pohon mangga berbuah sekitar bulan Agustus sampai Oktober yaitu pada musim kemarau. Pada musim ini sangat baik pengaruhnya terhadap proses pembentukan dan pembesaran, sampai pemasakan buah di pohon. Tetapi ada juga pohon mangga yang berbuah terlambat yaitu pada permulaan musim penghujan. Hal ini mempengaruhi produksi mangga, karena banyak buah yang berjatuhan, karena tangkai buah belum kuat menerima terpaan angin dan hujan. Demikian pula pada saat buah meningkat dewasa dan menjelang masak, banyak yang menjadi busuk, karena kandungan air terlalu banyak dan kurang mendapat sinar matahari di dalam proses pemasakan. Buah yang mulai masak rasanya menjadi kurang manis, baunya kurang menyengat sehingga harganya akan merosot.

    Buah mangga terdapat pada tangkai pucuk-pucuk daun. Setiap tangkai terdapat 4 sampai 8 buah, bahkan ada yang lebih. Akan tetapi ada juga yang setiap tangkai buah hanya terdapat satu buah saja, karena buahnya besar dan berat. Misalnya mangga kuweni, golek, santok, dan mangga merah dari Brasilia. Kalau dibandingkan dengan jumlah buah yang sudah jadi, ternayata dari berpuluh-puluh bunga mangga yang kelak menjadi buah hanyalah sekitar 50% – 60% saja. Prosentase ini berlaku untuk buah mangga yang berukuran kecil, misalnya mangga wangi, kopyor, nanas,krasak, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk mangga berukuran besar, seperti golek, kuweni, mangga merah, buah yang jadi hanya 30% – 40% saja dari jumlah bakal buah yang ada. Untuk ukuran buah sedang seperti mangga arummanis, gadung dan cengkir, juga sekitar 30% – 40% saja, sama dengan yang berukuran besar.

    Bentuk buah mangga bermacam-macam, ada yang bulat penuh, bulat pipih, bulat telur, bulat memanjang atau lonjong. Setiap buah mangga jika diperhatikan sekilas hampir sama, tetapi dapat dibedakan dari ukuran, bentuk dan ciri-ciri yang ada. Setiap buah mangga mempunyai bagian, yakni bahu kiri (sisi kiri) yang dinamakan perut, sedangkan bahu kanan disebut punggung dan memiliki pusat. Bagian paling luar disebut kulit buah yang diselimuti oleh lapisan lilin putih, berpori-pori yang bentuk bulat keputihan.

    Ketebalan kulit luar bervariasi, yakni berkisar antara 0,3 – 1,2 mm. Di bawah kulit terdapat daging, yang tebalnya kira-kira 1,5 – 4 cm. Ketebalan daging buah ini diukur dari lapisan tempurung biji luar. Di bawah daging buah terdapat biji yang berlapisan tempurung dan berserabut. Bentuk biji sesuai dengan bentuk luar dari buah mangga tersebut.

    Read more...

    pertanian buah durian

    Durian, Pohon Pelindung dan Hasilkan Uang
    Posted on September 19, 2008 by Dony Irawan

    Durian Langka dari Agam Mempura

    DURIAN berkualitas ternyata tidak hanya datang dari Sumatera Barat. Kabupaten Siak-RIAU pun ternyata memiliki kebun durian yang dapat menghasilkan buah berkualitas. Sebut saja durian kepala gajah, tembaga, bantal, tuako, gasing, manggis dan lilin, yang rasanya tak kalah enak bila dibandingkan durian Montong dari Thailand.

    Durian-durian ini terdapat di Kampung Agam, Kecamatan Mempura. Pohon-pohon itu berukuran besar dan menjulang tinggi dengan buah yang masih tergantung di batangnya. Nama Kampung Agam sendiri menurut seorang warga, Wan Said (58), tak terlepas dari orang-orang Agam asal Sumatera Barat. “Durian ini ditanam oleh orang-orang Agam yang menempati kampung ini sejak ratusan tahun lalu,” kata Wan Said, Rabu (30/7) lalu.

    Menurutnya, penanaman durian pada zaman dulu masih menggunakan sistem amanah. Karena itu, pohon durian yang tumbuh letaknya tidak teratur. Meski usia rata-rata pohon lebih dari 200 tahun, asal musim panen setiap pohon berbuah rata-rata 500 biji.

    Keberadaan kebun durian di Kampung Agam ini dapat menjadi potensi tersendiri bagi Siak. Pada 17 Juli lalu, tim dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Siak dan Pekanbaru beserta tenaga ahli dari Balai Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT Arara Abadi meninjau lokasi perkebunan tersebut untuk mendata varietas durian yang ada.

    Kasubdin Pertanian Distanbun Siak RIAU, Hardison mengatakan, ada beberapa jenis durian lokal yang diketahui dan kualitasnya cukup baik di tempat itu, seperti durian kepala gajah, durian bantal, durian tembaga dan durian nangka.

    “Jenis-jenis inilah nantinya akan didata dan diuji keunggulannya. Jika memang berkualitas, akan dijadikan pohon induk untuk menjaga keberadaannya,” ungkap Hardison.

    Dalam kunjungan tersebut, tim setidaknya menemukan 13 durian kultipar atau belum diberikan nama secara nasional. “Artinya, durian tersebut masih dinamakan dengan nama lokal,” ujar Ir Eka Purwani MSi dari Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian RIAU. Dari 13 jenis yang diuji rata tersebut, varietas yang menunjukkan sisi menarik yaitu, durian tembaga. “Hanya buahnya terlalu kecil dan satu buah maksimal empat biji,” ujarnya.

    Di tempat terpisah, Kepala BPPM PT Arara Abadi Panji Mulya didampingi staf BPPM Harsono mengatakan, kekurangan durian lokal dibanding durian impor seperti montong hanyalah dari segi ukuran yang relatif lebih besar.

    “Jika dari segi rasa, durian lokal seperti jenis kepala gajah atau tembaga, jauh lebih enak dan manis. Karena itu kita akan berupaya membudidayakan durian lokal ini, apalagi kini sudah diambang kepunahan,” kata Panji Mulya.

    BPPM PT AA saat ini sudah berhasil membudidayakan durian lokal asal Kampar yang nyaris punah seperti durian omeh (EM-24), empu kunyit dan jantung.

    Jangan Kena Matahari

    Membudidayakan durian memang gampang-gampang susah. Gampang, karena durian jarang terserang penyakit dan mudah dalam perawatan. Susahnya adalah dibutuhkan ketelatenan dan pengetahuan yang cukup agar berhasil.

    Berikut tips dari BPPM PT Arara Abadi tentang cara membudidayakan durian, khususnya dengan sistem okulasi:

    *Batang bawah sebaiknya berasal dari biji dan sudah berusia minimal 6 bulan dan ditanam dalam poliback. Kemudian pilihlah “mata tunas” yang jaraknya sekitar 15 cm dari tanah, lalu disayap dan ditempelkan mata tunas dari durian yang akan dikembangkan dan diikat.

    *Setelah 15 hari, bila mata tunas itu berwarna hijau artinya proses okulasi berhasil, bila warnanya hitam/coklat artinya gagal. Selanjutnya sisa batang dibuang.

    *Enam bulan kemudian (atau kira-kira pohon sudah setinggi 50-60 cm), bibit sudah bisa ditanam di dalam lubang dengan ukuran 50x50x50 cm. Kemudian diberi pupuk kandang 3 kg, NPK 1 ons, RP 0,5 kg. Bila tanah bergambut bisa diberi kapur 0,5 kg.

    *Selanjutnya bibit durian ini harus diberi pelindung, bisa menggunakan pelepah kelapa atau sawit hingga berumur setahun. Pada masa inilah bibit rentan mati. Dari penelitian BPPM, jika bibit tidak diberi pelindung maka 80-90 persen bibit mati.

    *Setelah tanaman berusia setahun, diberi pukuk NPK 2,5 ons. Enam bulan kemudian diberi 5 kg pupuk kandang dan 0,5 ons NPK mutiara.

    *Setelah tanaman berusia dua tahun, diberi pupuk NPK mutiara 0,75 kg dan 5 kg pupuk kandang. Enam bulan berikutnya diberi pupuk NPK seberat 1 kg.

    *Setelah tanaman berusia tiga tahun, diberi pupuk NPK seberat 1 – 2 kg dan terus dilakukan setiap tahun agar durian berbuah lebat.

    *Tips memberi pupuk: gali tanah di sekeliling tanaman khususnya pada pucuk canopy (pucuk daun terakhir) karena di sanalah akar yang terbanyak. Setelah diberi pupuk kemudian ditimbun kembali.

    *Ketika tanaman berusia setahun dilakukan pangkas bentuk yang bertujuan agar ada keseimbangan pohon dan untuk membuang cabang-cabang liar.

    *Ketika tanaman berusia dua tahun kembali dilakukan pangkas buah, yakni membuang cabang-cabang yang tidak proporsional. Durian mempunyai karakter berbuah pada cabang utama. Jadi cabang-cabang muda lebih baik dibuang karena hanya mengganggu tanaman.

    *Setelah memasuki usia 4 tahun, durian sudah mulai berbuah dan bisa berusia hingga ratusan tahun, tergantung perawatan. (hes/han)

    Read more...

    pertanian buah durian

    Durian, Pohon Pelindung dan Hasilkan Uang
    Posted on September 19, 2008 by Dony Irawan

    Durian Langka dari Agam Mempura

    DURIAN berkualitas ternyata tidak hanya datang dari Sumatera Barat. Kabupaten Siak-RIAU pun ternyata memiliki kebun durian yang dapat menghasilkan buah berkualitas. Sebut saja durian kepala gajah, tembaga, bantal, tuako, gasing, manggis dan lilin, yang rasanya tak kalah enak bila dibandingkan durian Montong dari Thailand.

    Durian-durian ini terdapat di Kampung Agam, Kecamatan Mempura. Pohon-pohon itu berukuran besar dan menjulang tinggi dengan buah yang masih tergantung di batangnya. Nama Kampung Agam sendiri menurut seorang warga, Wan Said (58), tak terlepas dari orang-orang Agam asal Sumatera Barat. “Durian ini ditanam oleh orang-orang Agam yang menempati kampung ini sejak ratusan tahun lalu,” kata Wan Said, Rabu (30/7) lalu.

    Menurutnya, penanaman durian pada zaman dulu masih menggunakan sistem amanah. Karena itu, pohon durian yang tumbuh letaknya tidak teratur. Meski usia rata-rata pohon lebih dari 200 tahun, asal musim panen setiap pohon berbuah rata-rata 500 biji.

    Keberadaan kebun durian di Kampung Agam ini dapat menjadi potensi tersendiri bagi Siak. Pada 17 Juli lalu, tim dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Siak dan Pekanbaru beserta tenaga ahli dari Balai Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT Arara Abadi meninjau lokasi perkebunan tersebut untuk mendata varietas durian yang ada.

    Kasubdin Pertanian Distanbun Siak RIAU, Hardison mengatakan, ada beberapa jenis durian lokal yang diketahui dan kualitasnya cukup baik di tempat itu, seperti durian kepala gajah, durian bantal, durian tembaga dan durian nangka.

    “Jenis-jenis inilah nantinya akan didata dan diuji keunggulannya. Jika memang berkualitas, akan dijadikan pohon induk untuk menjaga keberadaannya,” ungkap Hardison.

    Dalam kunjungan tersebut, tim setidaknya menemukan 13 durian kultipar atau belum diberikan nama secara nasional. “Artinya, durian tersebut masih dinamakan dengan nama lokal,” ujar Ir Eka Purwani MSi dari Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian RIAU. Dari 13 jenis yang diuji rata tersebut, varietas yang menunjukkan sisi menarik yaitu, durian tembaga. “Hanya buahnya terlalu kecil dan satu buah maksimal empat biji,” ujarnya.

    Di tempat terpisah, Kepala BPPM PT Arara Abadi Panji Mulya didampingi staf BPPM Harsono mengatakan, kekurangan durian lokal dibanding durian impor seperti montong hanyalah dari segi ukuran yang relatif lebih besar.

    “Jika dari segi rasa, durian lokal seperti jenis kepala gajah atau tembaga, jauh lebih enak dan manis. Karena itu kita akan berupaya membudidayakan durian lokal ini, apalagi kini sudah diambang kepunahan,” kata Panji Mulya.

    BPPM PT AA saat ini sudah berhasil membudidayakan durian lokal asal Kampar yang nyaris punah seperti durian omeh (EM-24), empu kunyit dan jantung.

    Jangan Kena Matahari

    Membudidayakan durian memang gampang-gampang susah. Gampang, karena durian jarang terserang penyakit dan mudah dalam perawatan. Susahnya adalah dibutuhkan ketelatenan dan pengetahuan yang cukup agar berhasil.

    Berikut tips dari BPPM PT Arara Abadi tentang cara membudidayakan durian, khususnya dengan sistem okulasi:

    *Batang bawah sebaiknya berasal dari biji dan sudah berusia minimal 6 bulan dan ditanam dalam poliback. Kemudian pilihlah “mata tunas” yang jaraknya sekitar 15 cm dari tanah, lalu disayap dan ditempelkan mata tunas dari durian yang akan dikembangkan dan diikat.

    *Setelah 15 hari, bila mata tunas itu berwarna hijau artinya proses okulasi berhasil, bila warnanya hitam/coklat artinya gagal. Selanjutnya sisa batang dibuang.

    *Enam bulan kemudian (atau kira-kira pohon sudah setinggi 50-60 cm), bibit sudah bisa ditanam di dalam lubang dengan ukuran 50x50x50 cm. Kemudian diberi pupuk kandang 3 kg, NPK 1 ons, RP 0,5 kg. Bila tanah bergambut bisa diberi kapur 0,5 kg.

    *Selanjutnya bibit durian ini harus diberi pelindung, bisa menggunakan pelepah kelapa atau sawit hingga berumur setahun. Pada masa inilah bibit rentan mati. Dari penelitian BPPM, jika bibit tidak diberi pelindung maka 80-90 persen bibit mati.

    *Setelah tanaman berusia setahun, diberi pukuk NPK 2,5 ons. Enam bulan kemudian diberi 5 kg pupuk kandang dan 0,5 ons NPK mutiara.

    *Setelah tanaman berusia dua tahun, diberi pupuk NPK mutiara 0,75 kg dan 5 kg pupuk kandang. Enam bulan berikutnya diberi pupuk NPK seberat 1 kg.

    *Setelah tanaman berusia tiga tahun, diberi pupuk NPK seberat 1 – 2 kg dan terus dilakukan setiap tahun agar durian berbuah lebat.

    *Tips memberi pupuk: gali tanah di sekeliling tanaman khususnya pada pucuk canopy (pucuk daun terakhir) karena di sanalah akar yang terbanyak. Setelah diberi pupuk kemudian ditimbun kembali.

    *Ketika tanaman berusia setahun dilakukan pangkas bentuk yang bertujuan agar ada keseimbangan pohon dan untuk membuang cabang-cabang liar.

    *Ketika tanaman berusia dua tahun kembali dilakukan pangkas buah, yakni membuang cabang-cabang yang tidak proporsional. Durian mempunyai karakter berbuah pada cabang utama. Jadi cabang-cabang muda lebih baik dibuang karena hanya mengganggu tanaman.

    *Setelah memasuki usia 4 tahun, durian sudah mulai berbuah dan bisa berusia hingga ratusan tahun, tergantung perawatan. (hes/han)

    Read more...

    perkebunan tebu

    ek adalah bunyi dialek Hokkian yang berasal dari kata Yin Li (阴历, baca: IN LI) yang berarti “penanggalan bulan” alias lunar calendar. Penanggalan China berdasarkan peredaran bulan di tata surya sehingga disebut dengan Yin Li. Sementara penanggalan yang kita kenal sekarang, dan dipakai luas seluruh dunia disebut dengan Yang Li (阳历) di dalam bahasa Mandarin, artinya adalah “penanggalan matahari”.

    Imlek dikenal juga dengan Nong Li (农历, bacanya: nung li), yang artinya “penanggalan petani”, di mana hal ini bisa dimaklumi, sebagian besar orang jaman dulu adalah bertani. Para petani tsb mengandalkan kemampuan mereka membaca alam, pergerakan bintang, bulan dan benda angkasa yang lain untuk bercocok tanam. Apalagi di China yang 4 musim, perhitungan tepat dan presisi harus handal untuk mendapatkan pangan yang cukup.

    Perayaan Chinese New Year sebenarnya adalah perayaan menyambut musim semi yang disebut dengan Chun Jie (春节, baca: juen cie), yang artinya “menyambut musim semi”. Musim semi disambut dengan sukacita karena musim dingin akan segera berlalu dan tibalah saat para petani untuk menanam lagi. Tanaman pangan terutama padi (China selatan) dan kebanyakan gandum (China utara) serta tanaman pertanian lainnya. Karena mengandalkan alam untuk kehidupan mereka, menyambut datangnya musim semi merupakan keharusan yang dirayakan dengan meriah.

    Perayaan ini mulai dikenal di jaman Dinasti Xia (夏潮, sering ditulis Hsia juga, 2205 – 1766 SM). Setelah dinasti Xia runtuh, penanggalan Imlek selalu berubah sesuai dengan kemauan dinasti yang berkuasa. Biasa diambil adalah waktu berdirinya dinasti tsb. Baru pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M), penanggalan semua dari Dinasti Xia diresmikan sampai sekarang dan tahun kelahiran Khonghucu ditetapkan sebagai tahun pertama.

    Namun saat ini di China sendiri penulisan tahun yang berdasarkan tahun kelahiran Khonghucu sudah tidak umum lagi. Misalnya Imlek tahun ini adalah tahun 2562, sudah tidak lazim lagi, tahun yang ditulis biasanya tahun 2011 saja.

    Sementara itu, Taiwan juga memiliki standard penulisan tahun sendiri, yang dimulai dengan titik awal 1911 sebagai tahun nol, jadi tahun 2011 bisa jadi ditulis tahun 2000. Tahun 1911 adalah tahun berdirinya Republic of China setelah dinasti terakhir, yaitu Dinasti Qing runtuh.


    Rangkaian Perayaan Imlek

    Rangkaian perayaan Imlek dimulai dari seminggu sebelum Imlek, diakhiri dengan Cap Go Meh merupakan rangkaian turun temurun yang tidak banyak lagi generasi sekarang yang mengenal urutan dan artinya. Sementara generasi saya lebih parah lagi, karena berangusan Orde Baru, sehingga lebih buta masalah ini.

    Tulisan ini hasil mendalami beberapa literatur, internet searching, penuturan almarhum orang tua, tulisan-tulisan tangan Papa, dan interview sekedarnya dari para tukang masak sembahyangan di Semarang.

    Tukang masak sembahyangan ini biasanya kisaran umur 50 tahun ke atas dan mewarisi keahlian memasak dan kisah serta cerita di dalamnya turun temurun. Biasa mereka menerima pesanan dari keluarga-keluarga Tionghoa yang sudah tidak mengerti urutan dan tata cara segala macam perayaan, sembahyangan atau peringatan.

    Imlek, Cap Go Meh, sembahyang ronde, sembahyang bakcang, cengbeng dsb, memiliki aturan dan tata cara yang sarat arti dan makna.


    Pertama

    Seminggu sebelum Tahun Baru Imlek – tepatnya pada tengah malam menjelang tanggal 24 bulan 12 Imlek (Cap Ji Gwee Ji Si/) dimulailah rangkaian pertama sembahyangan Tahun Baru Imlek atau kerap disebut Sin Cia yaitu Persembahyangan Toapekong Naik – lazim juga disebut sebagai Sembahyang Couw Kun Kong (灶君公, Zao Jun Gong, Dewa Dapur). Sembahyangan ini adalah prosesi mengantar Dewa Dapur untuk kembali ke Istana Giok dari Kekaisaran Langit untuk melaporkan segala tingkah laku manusia penghuni rumah itu kepada Kaisar Langit. Kaisar Langit dalam kisah cerita klasik Tiongkok di Indonesia dikenal dengan nama Giok Hong Siang Tee atau Yu Huang Shang Di atau Yu Huang Da Di (玉皇上帝 atau 玉皇大帝 baca: Ie Huang Shang Ti atau Ie Huang Ta Ti).

    Dewa Dapur

    Dalam masyarakat pada umumnya, inti dari sebuah rumah atau sebuah keluarga adalah dapur, di mana kegiatan makan, minum, memasak, berinteraksi antara anggota keluarga, bahkan bersantai kadang dilakukan di dapur juga. Apalagi keluarga dan rumah modern sekarang, dengan design dapur yang cozy dan nyaman, akan membuat dapur menjadi sentral interaksi anggota keluarga. Dewa Dapur merupakan ‘penjaga’ rumah yang paling penting. Dalam tradisi, dipercaya semua hal, jelek – baik, akan didengar dan dicatat semua oleh Dewa Dapur dan menjelang akhir tahun akan dibawa ke ‘sidang kabinet’ Kekaisaran Langit dan merupakan ‘annual report’ masing-masing keluarga.


    Kedua

    Rangkaian kedua adalah sehari sebelum Sincia, tepatnya tanggal 30 bulan 12 Imlek, kembali diadakan upacara sembahyangan yang dikenal sebagai upacara Sembahyang Tutup Tahun. Sembahyangan ini khusus diadakan untuk menghormati dan memuliakan leluhur, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ungkapan rasa Bakti (孝, Xiao, baca: siau, Hokkian: Hauw) anak terhadap Orang Tua / Leluhur.

    Upacara ini merupakan wujud dari pelaksanaan ajaran moral Confusius yang bersifat humanis religius dan yang berakar kuat pada penekanan konsep bakti atau disebut xiao, dalam bahasa Inggris disebut juga filial piety. Malam ini sering disebut juga dengan Da Nian Ye (大年夜, dapat diterjemahkan secara harafiah menjadi ‘new year’s eve). Orang Hokkian di Medan menyebut dengan ‘sa cap me’ artinya adalah ‘malam tanggal 30′.

    Pada malam ini kebanyakan keluarga melek semalam suntuk sampai pagi untuk menyambut tahun baru, menyalakan petasan dan kembang api untuk mengusir ‘nian’ mahluk jahat yang menurut legenda hobby makan manusia. Suara keras petasan dipercaya menakuti si nian tadi. Sekarang makin melenceng untuk sekedar keramaian dan dipercaya mengusir roh jahat. Di Indonesia, 5 tahun belakangan, setelah IBC (Indonesian Born Chinese) diperbolehkan lagi merayakan dan malah sekarang menjadi hari libur resmi nasional, makin tahun makin seru dan ramai orang menyalakan kembang api dan petasan.

    Di China setahu saya, 2 malam sebelum tanggal 30 bulan 12, ada yang disebut dengan ‘xiao nian ye’ (小年夜, baca: siau nien ye) yang artinya kurang lebih adalah ‘small new year’s eve’. Yang sudah mulai dirayakan, dengan makan bersama keluarga besar, sambil menantikan segenap sanak famili berkumpul lengkap. Biasa sanak saudara yang dari jauh akan berdatangan hampir secara serentak di 2 hari sebelum Sincia. Tentu saja makan-makan sudah menjadi acara wajib. Di saat-saat seperti ini, makanan biasa tidak berhenti mengalir, yang diiringi tentu saja dengan bir, wine atau minuman beralkohol lain guna melawan dingin di tengah musim dingin yang menggigit.


    Ketiga

    Rangkaian ketiga adalah tepat di hari Sincia, yaitu yang disebut Cia Gwee Che It/Zheng Yue Chu Yi (正月初一, tanggal 1 bulan 1. Seluruh anggota keluarga bangun pagi, mandi (tidak yakin tapi kalo di China dalam suasana musim dingin…hehehe….), mengenakan pakaian baru, dan siap-siap sembahyang. Yang masih memiliki meja abu dan sembahyangan di rumah, mereka akan bersembahyang kepada para leluhur lebih dulu dan kemudian akan melakukan ‘bai nian’ (拜年, baca: pai nien), yaitu mengucapkan selamat tahun baru dimulai kepada yang paling tua dan berjenjang ke yang paling muda.

    Meja Sembahyangan (Pameran Budaya Tionghoa – Bentara Budaya, 2009)

    Jaman dulu, para kakek nenek buyut (mak-co, kong-co) yang berumur panjang akan menjadi pertama yang menerima ucapan selamat tahun baru dengan pai-pai, yaitu 2 tangan terkepal, diikuti dengan kepada kakek nenek, papa mama, paman bibi, kakak, sepupu yang lebih tua, dst.

    Biasanya pemberian angpau (红包, hongbao, artinya ‘amplop merah’) dilakukan di acara bai nian ini. Pemberian angpau dilakukan oleh yang lebih tua ke yang lebih muda, atau yang belum menikah. Sehingga misalkan pasangan muda yang sudah menikah melakukan bai nian kepada paman dan bibi mereka, biasanya mereka sudah ‘tidak berhak’ mendapatkan angpau lagi.

    Mengenai pai-pai, sikap 2 tangan terkepal, kadang masih terjadi perdebatan sebenarnya tangan mana yang di atas menangkup tangan yang lain. Yang benar adalah tangan kiri menangkup tangan kanan, dengan arti tangan kanan adalah tangan yang (biasanya) aktif. Pada saat-saat penting seperti bai nian tadi, kita sebagai yang lebih muda diharapkan untuk menundukkan kepala untuk humble barang sejenak menghargai orang yang lebih tua dan menghargai orang lain dengan menangkup tangan kiri untuk ‘menutup keangkuhan’ tangan kanan. Secara singkat, sikap pai-pai tsb adalah sikap sederhana, menundukkan dan introspeksi sesaat serta menghormat.

    Walaupun demikian, masih banyak kontroversi seputar tangan mana yang menangkup. Silakan perhatikan sikap tangan masing-masing hayoooo…..hehehe…..jangan kuatir, bahkan jika anda semua tangan kanan yang menangkup tangan kiri dan merasa nyaman dengan itu, ya silakan saja, tidak ada yang melarang ataupun menghukum karena terbalik. Tulisan ini sekedar menuangkan apa yang pernah saya dengar, pernah orangtua saya menceritakan arti dari sikap pai-pai itu.

    Di hari ini juga, setelah bai nian di rumah masing-masing, kemudian akan diikuti dengan kunjungan ke rumah-rumah saudara. Jika mempunyai paman dan bibi yang bejibun banyaknya, sesuai adat istiadat, kunjungan harus dilakukan dimulai dari yang paling tua ke yang paling muda. Di acara inilah biasa anak-anak sampai dengan awal remaja paling menikmati….apa itu…tentu saja angpau dan makanan enak. Angpau jelas berarti uang saku bertambah, kantong dan dompet bertambah tebal, serta makanan enak baik itu cemilan, kue, biskuit atau makan besarnya.

    Mengenai ucapan yang menyertainya, bisa berbagai macam, misalnya: gong xi fa cai (恭喜发财, baca: kung si fa jai), xin nian kuai le (新年快乐, baca: sin nien guai le), atau wan shi ru yi (万事如意, baca: wan se ru ie), atau di Indonesia lebih sering terdengar kiong hie, kiong hie, sin cun kiong hie, thiam hok thiam siu (添福添壽) Pengaruh dialek Hokkian sangat kental di sini, artinya kurang lebih sama, kiong hie adalah dari gong xi, sementara sin cun kiong hie adalah dari xin chun gong xi, thiam hok thiam siu dari tian fu tian xiu. Artinya berturut-turut adalah:

    * Gong xi fa cai: wish you prosperity
    * Xin nian kuai le: happy new year
    * Wan shi ru yi: tens of thousands matters will be accomplished/fulfilled/achieved
    * Xin chun gong xi: happy spring festival (kurang pas di Indonesia)
    * Thiam hok thiam siu: banyak rejeki dan panjang umur.

    Di samping itu masih terjadi kesalahkaprahan di Indonesia, yaitu: gong xi fat choi atau gong xi fat chai, ini kesalahan yang paling banyak, bahkan terjadi secara serempak, terpampang di billboard di jalan-jalan, di surat kabar dan media lainnya. Kerancuan dialek Hokkian dengan dialek Konghu (Cantonese) terjadi di sini. Dalam dialek Cantonese, bunyinya memang jadi: kung hei fat choi, terjadilah kerancuan dan tumpang tindih menjadi gong xi fat choi….Selain ucapan-ucapan di atas masih banyak lagi ucapan yang artinya positif dan baik.


    Keempat

    Hari ke 5 bulan pertama atau yang disebut Cia Gwee Cee Go (Zheng Yue Chu Wu, 正月初五), merupakan sembahyangan Toapekong turun kembali ke bumi. Setelah naik ke langit untuk melaporkan segala sesuatu tentang kehidupan di bumi, Dewa Dapur kembali bertugas di bumi. Dipercaya saat inilah rejeki dan berkah yang dibawa serta dari Sang Kaisar Langit akan tercurah ke umat manusia. Ditambah pula turunnya Cai Shen (财神) atau dewa kekayaan yang sudah mendapat tugas untuk memberikan ganjaran dan kekayaan kepada umat manusia.

    Sembahyangan ini sudah jarang diketahui oleh generasi sekarang ini, dan juga sudah jarang dilakukan di rumah-rumah, bahkan di dalam keluarga yang masih kuat tata cara dan adat istiadat juga sudah jarang dilakukan. Perayaan utama biasanya adalah new year’s eve dan cap go meh saja.


    Kelima

    Puncak dari rangkaian Upacara Sin Cia jatuh pada tanggal 9 bulan 1 Imlek (Cia Gwee Ce Kao/Zheng Yue Chu Jiu, 正月初九). Pada hari ini ada satu upacara besar yang disebut Persembahyangan King Ti Kong (Persembahyangan Kepada Tuhan Yang Maha Besar). Sejak dahulu, di kalangan orang Tionghoa (tertentu), pada malam menjelang tibanya tanggal 9 bulan 1 Imlek ini, diadakan persembahyangan kepada Ti Kong / Thian / Tuhan secara khusus. Kata King Ti Kong sendiri adalah dialek Hokkian dari kata Jing Tian Gong (敬天公), yang artinya “menghormati Tuhan Yang Esa/Maha Besar”.

    Sembahyang Tebu

    Tebu melambangkan banyak hal, di antaranya: manis, simbol keberuntungan, kemakmuran, dsb, kemudian dari bentuk yang berbuku-buku, tegak lurus, dari bawah sampai atas, secara filosofi adalah untuk meraih kesuksesan, manusia harus melalui jenjang kehidupan yang dilambangkan buku-buku tebu tadi. Dan ada juga cerita bahwa sembahyang tebu ini hanya dilakukan oleh orang Hokkian, di mana kebetulan Hokkian di Indonesia menempati porsi yang cukup besar dibanding dari provinsi lain (Khek, Tiociu, dsb).

    Konon, dulu di salah satu masa peperangan, sekelompok orang Hokkian dikejar para serdadu sehingga terpaksa lari dan bersembunyi di hamparan kebun tebu. Bahkan mereka harus melewatkan malam Sincia dan hari pertama Sincia yang seharusnya di rumah bersama sanak keluarga, ini malah di tengah kebun tebu. Selama bersembunyi itu, tebu-tebu itulah yang menjadi sandaran utama untuk makanan di tengah peperangan. Manisnya sari tebu menjadikan mereka tetap kuat dan bersemangat. Baru di menjelang hari ke 8 dan ke 9 musuh pergi dan keluarlah mereka dari hamparan perkebunan tebu.

    Untuk mengucap syukur, spontan mereka memotong beberapa batang tebu utuh dengan daunnya, dan bersembahyang kepada Ti Kong (Tuhan) di tempat itu juga. Dan karena tanggal tsb adalah tanggal 9 bulan pertama, dipotonglah 9 potong tebu untuk disajikan dalam sembahyang syukur itu. Di samping itu, angka 9 sendiri dalam dialek Hokkian bunyinya adalah Kao (sering juga ditulis Kau), kalau dalam bahasa Mandarin bunyi kao dituliskan dengan gao yang artinya adalah tinggi. Dalam hitungan, dalam bilangan manapun, angka 9 adalah yang tertinggi untuk a single digit number, dan diharapkan seluruh keluarga juga akan mencapai kesuksesan yang tertinggi.

    Upacara di hari ke 9 ini dilakukan oleh seluruh anggota keluarga yang didahului dengan pantang daging atau dalam dialek Hokkian disebut ciak cay (makan sayur), tepat setelah hari ke 3, biasanya seluruh anggota keluarga yang berminat untuk ikut sembahyangan King Ti Kong akan berpantang makan daging dari hari ke 4 sampai hari ke 9. Pagi hari di hari ke 9, sembahyangan dimulai oleh anggota keluarga tertua (kakek) atau kepala keluarga (suami, ayah). Sembahyangan King Ti Kong dipandang terpenting dalam rangkaian upacara Sincia karena merupakan kunci dan penentu semua langkah kehidupan bagi seluruh anggota keluarga di tahun berjalan.


    Keenam

    Versi China (by: Meazza)

    Cap Go Meh atau Yuan Xiaojie adalah salah satu hari raya tradisional Tiongkok yang sangat penting. Yuanxiao Jie ini di peringati pada hari pertama bulan purnama di tahun baru (lunar calendar). Dengan berlangsungnya Yuan Xiaojie, maka berakhirlah seluruh rangkaian perayaan tahun baru Imlek.

    Yuan Xiaojie, berasal dari kata ‘yuan’ yang artinya pertama, ‘xiao’ adalah sebutan malam oleh orang-orang jaman dulu, sedangkan ‘jie’ artinya adalah hari raya atau festival. Seringkali juga disebut Shang Yuanjie.

    Di masa lalu, perayaan Yuan Xiaojie ini selalu ditandai dengan pemasangan lampion, makan ronde/yuanxiao, main tebak-tebakan, ke luar rumah untuk melihat bulan, dan makan bersama seluruh anggota keluarga.

    Yuan Xiaojie sudah dilaksanakan di Tiongkok sejak 2000 tahun yang lalu. Ada beberapa versi seputar sejarah Yuan Xiaojie. Yang pertama yaitu pada masa pemerintahan Raja Mingdi yang saat itu mulai tertarik dengan ajaran Buddha. Raja mendengar bahwa dalam agama Buddha setiap malam bulan purnama adalah malam penghormatan terhadap Sang Buddha. Salah satu cara untuk menghormati Sang Buddha adalah dengan memasang lampion. Maka diapun memerintahkan setiap keluarga untuk memasang lampion di rumah masing-masing setiap malam bulan purnama.

    Pada masa pemerintahan Raja Hanwen, ditetapkan bahwa pemasangan lampion cukup dilakukan di malam purnama di bulan pertama saja. Karena malam purnama pertama di tahun baru ini sebagai suatu lambing keoptimisan, menyongsong hari depan yang lebih baik.

    Versi kedua, bahwa tradisi pemasangan lampion ini berasal dari Daoism, yaitu ajaran tentang ‘3 unsur utama’, yaitu malam purnama di bulan pertama merupakan bulan naik yang melambangkan unsur ketuhanan, purnama di bulan ke-7 adalah bulan pertengahan yang melambangkan unsur bumi, dan purnama di bulan ke-10 merupakan bulan turun yang mewakili unsur kemanusiaan. Oleh sebab itu di setiap purnama di 3 waktu itu harus memasang lampion. Maksudnya untuk menghormati ketiga unsur terpenting itu.

    Seiring dengan perkembangan jaman, Yuan Xiaojie mengalami perubahan. Pada dinasti Han cukup menggantung lampion selama 1 hari, masuk dinasti Tang diperpanjang menjadi 3 hari, kemudian pada dinasti Song menjadi 5 hari, sampai masuk dinasti Ming pemasangan lampion dimulai sejak hari ke-8 (lunar calendar) sampai hari ke-17 (10 hari). Beragam bentuk lampion digantung di setiap sudut kota maupun rumah-rumah penduduk. Tidak hanya lampion, berbagai kegiatan lain pun diselenggarakan. Bahkan pada dinasti Qing ditambah dengan tarian Naga, Barongsai, dan kegiatan lainnya. Jadilah hari raya ini semakin meriah.

    Yang paling menarik dan paling ditunggu-tunggu muda-mudi adalah acara tebak-tebakan. Setiap orang membawa satu lampion dan di lampion itu sudah ditempeli dengan kertas yang berisi teka-teki (biasanya 4 huruf). Yang wanita memberikan tebakan kepada yang pria dan sebaliknya. Kalau masing-masing bisa menebak dengan benar, bisa langsung nge-date lho. Maksudnya untuk mencari pasangan yang tingkat kepintarannya seperti yang diinginkan si pemilik teka-teki.

    Mengenai tradisi makan ronde, tak lain untuk melambangkan berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Pada Yuan Xiaojie ini semua berkumpul di rumah yang tertua untuk makan ronde yang disebut ‘tangtuan’, ‘tang’ artinya soup, sedangkan ‘tuan’ artinya berkumpul. Jadi, Yuan Xiaojie juga sangat penting karena dengan adanya hari besar ini, meski berada jauh dari sanak keluarga, diusahakan untuk pulang, berkumpul bersama.

    Versi Indonesia

    Sebutan Cap Go Meh sendiri lebih dikenal di Indonesia daripada di tempat mana pun di dunia. Cap Go Meh sendiri sebenarnya adalah penamaan yang salah kaprah yang mungkin sudah beratus tahun sehingga menjadi benar karena tradisi. Cap go meh artinya adalah “malam ke 15” yaitu tanggal 15 bulan pertama, yang disebut dalam dialek Hokkian “cia gwee cap go”. Perayaan ini merupakan puncak perayaan sekaligus penutup dari serangkaian perayaan Imlek. Di Indonesia sendiri, sejak dulu orang lebih kenal dengan sebutan Cap Go Meh daripada sebutan lain walaupun dalam versi aslinya.

    Perayaan Cap Go Meh di kota-kota besar di Indonesia kembali marak sejak era keterbukaan 10 tahun belakangan ini. Perayaan Cap Go Meh pernah mencapai masa keemasan yang dirayakan segenap lapisan masyarakat, suku dan agama terjadi di tahun 1950-1960. Menurut penuturan Papa saya, perayaan Cap Go Meh di Semarang selalu meriah dan merupakan saat yang dinanti-nanti semua orang. Arak-arakan dari berbagai kelenteng di daerah Pecinan, akan memenuhi jalanan, beriringan dengan kemeriahan suara mercon alias petasan, tetabuhan khas atraksi barongsai dan naga, berbaur menyatu di mana-mana.

    Masing-masing kota di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing dalam merayakan Cap Go Meh ini. Di Jawa terutama, dikenal dengan menyajikan hidangan khas lontong cap go meh. Di Medan juga lain lagi, sembahyang di kelenteng mendominasi kegiatan di malam Cap Go Meh ini.


    Sumber internet:

    http://www.bernas.co.id/news/CyberCommunity/TIONGHOA/254.htm

    http://www.tionghoa.com/71/perayaan-tahun-baru-imlek/comment-page-1/

    http://www.china.com.cn/ch-jieri/yuanxiao/2.htm

    http://baike.baidu.com/view/104822.htm

    http://osdir.com/ml/culture.region.china.budaya-tionghua/2005-08/msg00123.html

    http://iccsg.wordpress.com/2006/08/17/lun-gwee-bulan-kabisat-dalam-kalender-imlek/

    http://rdroege.multiply.com/journal/item/69/LONTONG_CAP_GO_MEH_

    http://alspages257.blogspot.com


    Sumber pustaka:

    Remy Sylado: Sam Po Kong, Gramedia Pustaka Utama 2004

    Liem Thian Joe: Riwayat Semarang, Hasta Wahana 2004

    Penuturan lisan dari orang tua. Pengamatan, pengalaman, analisa, pandangan dan riset pribadi.


    Share This Post
    Posted by J C Wednesday, 26 January 2011 on 08:50.

    Categories: Budaya. Follow the comments to this article via the RSS 2.0.
    You can leave a response or trackback to this entry
    39 Responses to “Rangkaian dan Makna Perayaan Imlek”

    Pages: [4] 3 2 1 »

    1.
    39
    Bagong Julianto Says:
    February 12th, 2011 at 07:08

    JC,

    Lanjut terus ngantek bakcang…..
    Neng Sayangan, Palembang, ono’ restoran sing dodol bakcang…..
    Asyik, iso tuku sepanjang wektu…….
    2.
    38
    saras jelita Says:
    February 7th, 2011 at 13:49

    Siapa bilang MACAN berlalu…………….aku tetap disini ko…..aku kan KELINCI

    Tell me about KELINCI?? This is my YEAR hoooreeeeeeeeeeeeeeeee….
    3.
    37
    Imeii Says:
    February 5th, 2011 at 23:20

    JC.. kalo SIN CIA itu artinya apa, kita biasa kiong hi pakai ” SIN CIA JU IE” trus bakal dijawab ‘TANG TANG JU IE’ kemaren ini kelabakan waktu mau terjemahin ke bhs Inggris nya

    anyway: Gong xi fa cai untuk temen2 disini yg merayakannya… jadi kangen Cap Go Meh an di Singkawang deh.. heboh

    4.
    36
    J C Says:
    January 28th, 2011 at 19:50

    Linda: bibir Dewa Dapur dilumuri madu atau gula aku terus terang baru dengar ini. Yang aku pernah dengar adalah sajian kue keranjang yang memang untuk “menyuap” Dewa Dapur karena rasanya yang manis. Notabene memang sama sih tujuannya…hahaha… ini akan dijelaskan dalam artikel lain tentang makanan Sincia…

    Juwi: kisah dan foto lontong cap go meh adalah salah satu yang aku paling favorit…

    Pak Hand: beluuuuummmm, ntar tanggal 3 Feb…
    5.
    35
    Handoko Widagdo Says:
    January 27th, 2011 at 17:09

    I am ngaturraken gong xi fat choi
    6.
    34
    Juwita Says:
    January 27th, 2011 at 14:47

    Loh.. gambar lontong komplit nonggol lagi.. bikin ngiler..
    Mantep nih artikelnya (don’t ask me to make a summary of it, hahah..)
    Pasangi lagu Imlek dong.. atau clip Lion Dance ^_^
    7.
    33
    Lani Says:
    January 27th, 2011 at 11:31

    JC : ok……ok…..aku cm bertugas membagikan lo yaaaa………..tp duite disetor soko kowe pie??????
    8.
    32
    Linda Cheang Says:
    January 27th, 2011 at 11:18

    JC : koq, ga diceritakan, sih, bagian bahwa bibir Patung Toapekong dapur suka dilumuri madu atau gula lebih dulu sebelum Toapekongnya dipercaya akan menghadap kaisar Langit? Takut ketahuan ada tradisi suap-menyuap dan sogok menyogok, yah? hehehe …
    9.
    31
    HN Says:
    January 27th, 2011 at 11:15

    JC: iyo, kelincine bawa less kisruh karena dia siap disate… hahahaha.

    Pages: [4] 3 2 1 »
    Terima kasih sudah membaca. Silakan tinggalkan komentar
    Click here to cancel reply.

    Name (required)

    Mail (will not be published) (required)

    Website

    Image (JPEG, max 50KB, please)
    Most Viewed

    * Bandung Kelabu (68462 views)
    * Mie Instan & Minyak Goreng (Part 2) (65493 views)
    * Suara Azan Bercampur Ave Maria (64684 views)
    * Poros Beijing-Singapore-Solo (64577 views)
    * Kereta Api Mania vs Thomas and Friends (64528 views)
    * Surabaya... Oh... Surabaya... (64516 views)
    * Perempuan Bercadar (29451 views)
    * Indomie Pedes Mampus (24411 views)
    * Kejahatan Pencurian Meningkat (23261 views)
    * Cerita dari Taman Lawang (22026 views)

    Recent Comments

    * J C on Bumi Hari Ini 7 Miliar Manusia
    * probo on Bumi Hari Ini 7 Miliar Manusia
    * Sasayu on Azumi
    * Sasayu on Bumi Hari Ini 7 Miliar Manusia
    * Sasayu on Dongeng Sebelum Tidur – Kelahiran si Kembar Dampit
    * dismas on Alternatif Obat Penurun Panas Alami
    * Handoko Widagdo on Sebutir Airmata Ebu Lobo
    * probo on Engkong Eddy – Orang Gila di Tengah Peradaban
    * lida on Azumi
    * lida on Sebutir Airmata Ebu Lobo

    Most Commented in 2 Weeks

    * Kemarahan Dalam Keserakahan (154)
    * Opera van Baltyra Jilid 3 - Pasar Malam (138)
    * Persaudaraan (106)
    * Menjelajah Kekayaan Flora & Fauna Taman Nasional Kelimutu (68)
    * [Exclusive] Yogyakarta Royal Wedding: Pawiwahan Ageng Kraton Yogyakarta (2) (66)
    * Solok, Singkarak dan Lembah Anai (62)
    * Si Mata Belang (61)
    * Coretan si Cempluk (55)
    * Yogyakarta Royal Wedding: Dua Hari Sebelumnya (49)
    * [Exclusive] Yogyakarta Royal Wedding - Pawiwahan Ageng: Panggih dan Kirab (47)
    * Hati-hati Pada Pesonaku (45)
    * Dibingungkan "di" (45)
    * Dongeng Sebelum Tidur - Kelahiran si Kembar Dampit (44)
    * Buku Kehidupanku (6): Dita Sang Dewi Cintaku (42)
    * Sekelumit Rahasia Hati (37)

    Read more...

    perkebunan tebu

    ek adalah bunyi dialek Hokkian yang berasal dari kata Yin Li (阴历, baca: IN LI) yang berarti “penanggalan bulan” alias lunar calendar. Penanggalan China berdasarkan peredaran bulan di tata surya sehingga disebut dengan Yin Li. Sementara penanggalan yang kita kenal sekarang, dan dipakai luas seluruh dunia disebut dengan Yang Li (阳历) di dalam bahasa Mandarin, artinya adalah “penanggalan matahari”.

    Imlek dikenal juga dengan Nong Li (农历, bacanya: nung li), yang artinya “penanggalan petani”, di mana hal ini bisa dimaklumi, sebagian besar orang jaman dulu adalah bertani. Para petani tsb mengandalkan kemampuan mereka membaca alam, pergerakan bintang, bulan dan benda angkasa yang lain untuk bercocok tanam. Apalagi di China yang 4 musim, perhitungan tepat dan presisi harus handal untuk mendapatkan pangan yang cukup.

    Perayaan Chinese New Year sebenarnya adalah perayaan menyambut musim semi yang disebut dengan Chun Jie (春节, baca: juen cie), yang artinya “menyambut musim semi”. Musim semi disambut dengan sukacita karena musim dingin akan segera berlalu dan tibalah saat para petani untuk menanam lagi. Tanaman pangan terutama padi (China selatan) dan kebanyakan gandum (China utara) serta tanaman pertanian lainnya. Karena mengandalkan alam untuk kehidupan mereka, menyambut datangnya musim semi merupakan keharusan yang dirayakan dengan meriah.

    Perayaan ini mulai dikenal di jaman Dinasti Xia (夏潮, sering ditulis Hsia juga, 2205 – 1766 SM). Setelah dinasti Xia runtuh, penanggalan Imlek selalu berubah sesuai dengan kemauan dinasti yang berkuasa. Biasa diambil adalah waktu berdirinya dinasti tsb. Baru pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M), penanggalan semua dari Dinasti Xia diresmikan sampai sekarang dan tahun kelahiran Khonghucu ditetapkan sebagai tahun pertama.

    Namun saat ini di China sendiri penulisan tahun yang berdasarkan tahun kelahiran Khonghucu sudah tidak umum lagi. Misalnya Imlek tahun ini adalah tahun 2562, sudah tidak lazim lagi, tahun yang ditulis biasanya tahun 2011 saja.

    Sementara itu, Taiwan juga memiliki standard penulisan tahun sendiri, yang dimulai dengan titik awal 1911 sebagai tahun nol, jadi tahun 2011 bisa jadi ditulis tahun 2000. Tahun 1911 adalah tahun berdirinya Republic of China setelah dinasti terakhir, yaitu Dinasti Qing runtuh.


    Rangkaian Perayaan Imlek

    Rangkaian perayaan Imlek dimulai dari seminggu sebelum Imlek, diakhiri dengan Cap Go Meh merupakan rangkaian turun temurun yang tidak banyak lagi generasi sekarang yang mengenal urutan dan artinya. Sementara generasi saya lebih parah lagi, karena berangusan Orde Baru, sehingga lebih buta masalah ini.

    Tulisan ini hasil mendalami beberapa literatur, internet searching, penuturan almarhum orang tua, tulisan-tulisan tangan Papa, dan interview sekedarnya dari para tukang masak sembahyangan di Semarang.

    Tukang masak sembahyangan ini biasanya kisaran umur 50 tahun ke atas dan mewarisi keahlian memasak dan kisah serta cerita di dalamnya turun temurun. Biasa mereka menerima pesanan dari keluarga-keluarga Tionghoa yang sudah tidak mengerti urutan dan tata cara segala macam perayaan, sembahyangan atau peringatan.

    Imlek, Cap Go Meh, sembahyang ronde, sembahyang bakcang, cengbeng dsb, memiliki aturan dan tata cara yang sarat arti dan makna.


    Pertama

    Seminggu sebelum Tahun Baru Imlek – tepatnya pada tengah malam menjelang tanggal 24 bulan 12 Imlek (Cap Ji Gwee Ji Si/) dimulailah rangkaian pertama sembahyangan Tahun Baru Imlek atau kerap disebut Sin Cia yaitu Persembahyangan Toapekong Naik – lazim juga disebut sebagai Sembahyang Couw Kun Kong (灶君公, Zao Jun Gong, Dewa Dapur). Sembahyangan ini adalah prosesi mengantar Dewa Dapur untuk kembali ke Istana Giok dari Kekaisaran Langit untuk melaporkan segala tingkah laku manusia penghuni rumah itu kepada Kaisar Langit. Kaisar Langit dalam kisah cerita klasik Tiongkok di Indonesia dikenal dengan nama Giok Hong Siang Tee atau Yu Huang Shang Di atau Yu Huang Da Di (玉皇上帝 atau 玉皇大帝 baca: Ie Huang Shang Ti atau Ie Huang Ta Ti).

    Dewa Dapur

    Dalam masyarakat pada umumnya, inti dari sebuah rumah atau sebuah keluarga adalah dapur, di mana kegiatan makan, minum, memasak, berinteraksi antara anggota keluarga, bahkan bersantai kadang dilakukan di dapur juga. Apalagi keluarga dan rumah modern sekarang, dengan design dapur yang cozy dan nyaman, akan membuat dapur menjadi sentral interaksi anggota keluarga. Dewa Dapur merupakan ‘penjaga’ rumah yang paling penting. Dalam tradisi, dipercaya semua hal, jelek – baik, akan didengar dan dicatat semua oleh Dewa Dapur dan menjelang akhir tahun akan dibawa ke ‘sidang kabinet’ Kekaisaran Langit dan merupakan ‘annual report’ masing-masing keluarga.


    Kedua

    Rangkaian kedua adalah sehari sebelum Sincia, tepatnya tanggal 30 bulan 12 Imlek, kembali diadakan upacara sembahyangan yang dikenal sebagai upacara Sembahyang Tutup Tahun. Sembahyangan ini khusus diadakan untuk menghormati dan memuliakan leluhur, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ungkapan rasa Bakti (孝, Xiao, baca: siau, Hokkian: Hauw) anak terhadap Orang Tua / Leluhur.

    Upacara ini merupakan wujud dari pelaksanaan ajaran moral Confusius yang bersifat humanis religius dan yang berakar kuat pada penekanan konsep bakti atau disebut xiao, dalam bahasa Inggris disebut juga filial piety. Malam ini sering disebut juga dengan Da Nian Ye (大年夜, dapat diterjemahkan secara harafiah menjadi ‘new year’s eve). Orang Hokkian di Medan menyebut dengan ‘sa cap me’ artinya adalah ‘malam tanggal 30′.

    Pada malam ini kebanyakan keluarga melek semalam suntuk sampai pagi untuk menyambut tahun baru, menyalakan petasan dan kembang api untuk mengusir ‘nian’ mahluk jahat yang menurut legenda hobby makan manusia. Suara keras petasan dipercaya menakuti si nian tadi. Sekarang makin melenceng untuk sekedar keramaian dan dipercaya mengusir roh jahat. Di Indonesia, 5 tahun belakangan, setelah IBC (Indonesian Born Chinese) diperbolehkan lagi merayakan dan malah sekarang menjadi hari libur resmi nasional, makin tahun makin seru dan ramai orang menyalakan kembang api dan petasan.

    Di China setahu saya, 2 malam sebelum tanggal 30 bulan 12, ada yang disebut dengan ‘xiao nian ye’ (小年夜, baca: siau nien ye) yang artinya kurang lebih adalah ‘small new year’s eve’. Yang sudah mulai dirayakan, dengan makan bersama keluarga besar, sambil menantikan segenap sanak famili berkumpul lengkap. Biasa sanak saudara yang dari jauh akan berdatangan hampir secara serentak di 2 hari sebelum Sincia. Tentu saja makan-makan sudah menjadi acara wajib. Di saat-saat seperti ini, makanan biasa tidak berhenti mengalir, yang diiringi tentu saja dengan bir, wine atau minuman beralkohol lain guna melawan dingin di tengah musim dingin yang menggigit.


    Ketiga

    Rangkaian ketiga adalah tepat di hari Sincia, yaitu yang disebut Cia Gwee Che It/Zheng Yue Chu Yi (正月初一, tanggal 1 bulan 1. Seluruh anggota keluarga bangun pagi, mandi (tidak yakin tapi kalo di China dalam suasana musim dingin…hehehe….), mengenakan pakaian baru, dan siap-siap sembahyang. Yang masih memiliki meja abu dan sembahyangan di rumah, mereka akan bersembahyang kepada para leluhur lebih dulu dan kemudian akan melakukan ‘bai nian’ (拜年, baca: pai nien), yaitu mengucapkan selamat tahun baru dimulai kepada yang paling tua dan berjenjang ke yang paling muda.

    Meja Sembahyangan (Pameran Budaya Tionghoa – Bentara Budaya, 2009)

    Jaman dulu, para kakek nenek buyut (mak-co, kong-co) yang berumur panjang akan menjadi pertama yang menerima ucapan selamat tahun baru dengan pai-pai, yaitu 2 tangan terkepal, diikuti dengan kepada kakek nenek, papa mama, paman bibi, kakak, sepupu yang lebih tua, dst.

    Biasanya pemberian angpau (红包, hongbao, artinya ‘amplop merah’) dilakukan di acara bai nian ini. Pemberian angpau dilakukan oleh yang lebih tua ke yang lebih muda, atau yang belum menikah. Sehingga misalkan pasangan muda yang sudah menikah melakukan bai nian kepada paman dan bibi mereka, biasanya mereka sudah ‘tidak berhak’ mendapatkan angpau lagi.

    Mengenai pai-pai, sikap 2 tangan terkepal, kadang masih terjadi perdebatan sebenarnya tangan mana yang di atas menangkup tangan yang lain. Yang benar adalah tangan kiri menangkup tangan kanan, dengan arti tangan kanan adalah tangan yang (biasanya) aktif. Pada saat-saat penting seperti bai nian tadi, kita sebagai yang lebih muda diharapkan untuk menundukkan kepala untuk humble barang sejenak menghargai orang yang lebih tua dan menghargai orang lain dengan menangkup tangan kiri untuk ‘menutup keangkuhan’ tangan kanan. Secara singkat, sikap pai-pai tsb adalah sikap sederhana, menundukkan dan introspeksi sesaat serta menghormat.

    Walaupun demikian, masih banyak kontroversi seputar tangan mana yang menangkup. Silakan perhatikan sikap tangan masing-masing hayoooo…..hehehe…..jangan kuatir, bahkan jika anda semua tangan kanan yang menangkup tangan kiri dan merasa nyaman dengan itu, ya silakan saja, tidak ada yang melarang ataupun menghukum karena terbalik. Tulisan ini sekedar menuangkan apa yang pernah saya dengar, pernah orangtua saya menceritakan arti dari sikap pai-pai itu.

    Di hari ini juga, setelah bai nian di rumah masing-masing, kemudian akan diikuti dengan kunjungan ke rumah-rumah saudara. Jika mempunyai paman dan bibi yang bejibun banyaknya, sesuai adat istiadat, kunjungan harus dilakukan dimulai dari yang paling tua ke yang paling muda. Di acara inilah biasa anak-anak sampai dengan awal remaja paling menikmati….apa itu…tentu saja angpau dan makanan enak. Angpau jelas berarti uang saku bertambah, kantong dan dompet bertambah tebal, serta makanan enak baik itu cemilan, kue, biskuit atau makan besarnya.

    Mengenai ucapan yang menyertainya, bisa berbagai macam, misalnya: gong xi fa cai (恭喜发财, baca: kung si fa jai), xin nian kuai le (新年快乐, baca: sin nien guai le), atau wan shi ru yi (万事如意, baca: wan se ru ie), atau di Indonesia lebih sering terdengar kiong hie, kiong hie, sin cun kiong hie, thiam hok thiam siu (添福添壽) Pengaruh dialek Hokkian sangat kental di sini, artinya kurang lebih sama, kiong hie adalah dari gong xi, sementara sin cun kiong hie adalah dari xin chun gong xi, thiam hok thiam siu dari tian fu tian xiu. Artinya berturut-turut adalah:

    * Gong xi fa cai: wish you prosperity
    * Xin nian kuai le: happy new year
    * Wan shi ru yi: tens of thousands matters will be accomplished/fulfilled/achieved
    * Xin chun gong xi: happy spring festival (kurang pas di Indonesia)
    * Thiam hok thiam siu: banyak rejeki dan panjang umur.

    Di samping itu masih terjadi kesalahkaprahan di Indonesia, yaitu: gong xi fat choi atau gong xi fat chai, ini kesalahan yang paling banyak, bahkan terjadi secara serempak, terpampang di billboard di jalan-jalan, di surat kabar dan media lainnya. Kerancuan dialek Hokkian dengan dialek Konghu (Cantonese) terjadi di sini. Dalam dialek Cantonese, bunyinya memang jadi: kung hei fat choi, terjadilah kerancuan dan tumpang tindih menjadi gong xi fat choi….Selain ucapan-ucapan di atas masih banyak lagi ucapan yang artinya positif dan baik.


    Keempat

    Hari ke 5 bulan pertama atau yang disebut Cia Gwee Cee Go (Zheng Yue Chu Wu, 正月初五), merupakan sembahyangan Toapekong turun kembali ke bumi. Setelah naik ke langit untuk melaporkan segala sesuatu tentang kehidupan di bumi, Dewa Dapur kembali bertugas di bumi. Dipercaya saat inilah rejeki dan berkah yang dibawa serta dari Sang Kaisar Langit akan tercurah ke umat manusia. Ditambah pula turunnya Cai Shen (财神) atau dewa kekayaan yang sudah mendapat tugas untuk memberikan ganjaran dan kekayaan kepada umat manusia.

    Sembahyangan ini sudah jarang diketahui oleh generasi sekarang ini, dan juga sudah jarang dilakukan di rumah-rumah, bahkan di dalam keluarga yang masih kuat tata cara dan adat istiadat juga sudah jarang dilakukan. Perayaan utama biasanya adalah new year’s eve dan cap go meh saja.


    Kelima

    Puncak dari rangkaian Upacara Sin Cia jatuh pada tanggal 9 bulan 1 Imlek (Cia Gwee Ce Kao/Zheng Yue Chu Jiu, 正月初九). Pada hari ini ada satu upacara besar yang disebut Persembahyangan King Ti Kong (Persembahyangan Kepada Tuhan Yang Maha Besar). Sejak dahulu, di kalangan orang Tionghoa (tertentu), pada malam menjelang tibanya tanggal 9 bulan 1 Imlek ini, diadakan persembahyangan kepada Ti Kong / Thian / Tuhan secara khusus. Kata King Ti Kong sendiri adalah dialek Hokkian dari kata Jing Tian Gong (敬天公), yang artinya “menghormati Tuhan Yang Esa/Maha Besar”.

    Sembahyang Tebu

    Tebu melambangkan banyak hal, di antaranya: manis, simbol keberuntungan, kemakmuran, dsb, kemudian dari bentuk yang berbuku-buku, tegak lurus, dari bawah sampai atas, secara filosofi adalah untuk meraih kesuksesan, manusia harus melalui jenjang kehidupan yang dilambangkan buku-buku tebu tadi. Dan ada juga cerita bahwa sembahyang tebu ini hanya dilakukan oleh orang Hokkian, di mana kebetulan Hokkian di Indonesia menempati porsi yang cukup besar dibanding dari provinsi lain (Khek, Tiociu, dsb).

    Konon, dulu di salah satu masa peperangan, sekelompok orang Hokkian dikejar para serdadu sehingga terpaksa lari dan bersembunyi di hamparan kebun tebu. Bahkan mereka harus melewatkan malam Sincia dan hari pertama Sincia yang seharusnya di rumah bersama sanak keluarga, ini malah di tengah kebun tebu. Selama bersembunyi itu, tebu-tebu itulah yang menjadi sandaran utama untuk makanan di tengah peperangan. Manisnya sari tebu menjadikan mereka tetap kuat dan bersemangat. Baru di menjelang hari ke 8 dan ke 9 musuh pergi dan keluarlah mereka dari hamparan perkebunan tebu.

    Untuk mengucap syukur, spontan mereka memotong beberapa batang tebu utuh dengan daunnya, dan bersembahyang kepada Ti Kong (Tuhan) di tempat itu juga. Dan karena tanggal tsb adalah tanggal 9 bulan pertama, dipotonglah 9 potong tebu untuk disajikan dalam sembahyang syukur itu. Di samping itu, angka 9 sendiri dalam dialek Hokkian bunyinya adalah Kao (sering juga ditulis Kau), kalau dalam bahasa Mandarin bunyi kao dituliskan dengan gao yang artinya adalah tinggi. Dalam hitungan, dalam bilangan manapun, angka 9 adalah yang tertinggi untuk a single digit number, dan diharapkan seluruh keluarga juga akan mencapai kesuksesan yang tertinggi.

    Upacara di hari ke 9 ini dilakukan oleh seluruh anggota keluarga yang didahului dengan pantang daging atau dalam dialek Hokkian disebut ciak cay (makan sayur), tepat setelah hari ke 3, biasanya seluruh anggota keluarga yang berminat untuk ikut sembahyangan King Ti Kong akan berpantang makan daging dari hari ke 4 sampai hari ke 9. Pagi hari di hari ke 9, sembahyangan dimulai oleh anggota keluarga tertua (kakek) atau kepala keluarga (suami, ayah). Sembahyangan King Ti Kong dipandang terpenting dalam rangkaian upacara Sincia karena merupakan kunci dan penentu semua langkah kehidupan bagi seluruh anggota keluarga di tahun berjalan.


    Keenam

    Versi China (by: Meazza)

    Cap Go Meh atau Yuan Xiaojie adalah salah satu hari raya tradisional Tiongkok yang sangat penting. Yuanxiao Jie ini di peringati pada hari pertama bulan purnama di tahun baru (lunar calendar). Dengan berlangsungnya Yuan Xiaojie, maka berakhirlah seluruh rangkaian perayaan tahun baru Imlek.

    Yuan Xiaojie, berasal dari kata ‘yuan’ yang artinya pertama, ‘xiao’ adalah sebutan malam oleh orang-orang jaman dulu, sedangkan ‘jie’ artinya adalah hari raya atau festival. Seringkali juga disebut Shang Yuanjie.

    Di masa lalu, perayaan Yuan Xiaojie ini selalu ditandai dengan pemasangan lampion, makan ronde/yuanxiao, main tebak-tebakan, ke luar rumah untuk melihat bulan, dan makan bersama seluruh anggota keluarga.

    Yuan Xiaojie sudah dilaksanakan di Tiongkok sejak 2000 tahun yang lalu. Ada beberapa versi seputar sejarah Yuan Xiaojie. Yang pertama yaitu pada masa pemerintahan Raja Mingdi yang saat itu mulai tertarik dengan ajaran Buddha. Raja mendengar bahwa dalam agama Buddha setiap malam bulan purnama adalah malam penghormatan terhadap Sang Buddha. Salah satu cara untuk menghormati Sang Buddha adalah dengan memasang lampion. Maka diapun memerintahkan setiap keluarga untuk memasang lampion di rumah masing-masing setiap malam bulan purnama.

    Pada masa pemerintahan Raja Hanwen, ditetapkan bahwa pemasangan lampion cukup dilakukan di malam purnama di bulan pertama saja. Karena malam purnama pertama di tahun baru ini sebagai suatu lambing keoptimisan, menyongsong hari depan yang lebih baik.

    Versi kedua, bahwa tradisi pemasangan lampion ini berasal dari Daoism, yaitu ajaran tentang ‘3 unsur utama’, yaitu malam purnama di bulan pertama merupakan bulan naik yang melambangkan unsur ketuhanan, purnama di bulan ke-7 adalah bulan pertengahan yang melambangkan unsur bumi, dan purnama di bulan ke-10 merupakan bulan turun yang mewakili unsur kemanusiaan. Oleh sebab itu di setiap purnama di 3 waktu itu harus memasang lampion. Maksudnya untuk menghormati ketiga unsur terpenting itu.

    Seiring dengan perkembangan jaman, Yuan Xiaojie mengalami perubahan. Pada dinasti Han cukup menggantung lampion selama 1 hari, masuk dinasti Tang diperpanjang menjadi 3 hari, kemudian pada dinasti Song menjadi 5 hari, sampai masuk dinasti Ming pemasangan lampion dimulai sejak hari ke-8 (lunar calendar) sampai hari ke-17 (10 hari). Beragam bentuk lampion digantung di setiap sudut kota maupun rumah-rumah penduduk. Tidak hanya lampion, berbagai kegiatan lain pun diselenggarakan. Bahkan pada dinasti Qing ditambah dengan tarian Naga, Barongsai, dan kegiatan lainnya. Jadilah hari raya ini semakin meriah.

    Yang paling menarik dan paling ditunggu-tunggu muda-mudi adalah acara tebak-tebakan. Setiap orang membawa satu lampion dan di lampion itu sudah ditempeli dengan kertas yang berisi teka-teki (biasanya 4 huruf). Yang wanita memberikan tebakan kepada yang pria dan sebaliknya. Kalau masing-masing bisa menebak dengan benar, bisa langsung nge-date lho. Maksudnya untuk mencari pasangan yang tingkat kepintarannya seperti yang diinginkan si pemilik teka-teki.

    Mengenai tradisi makan ronde, tak lain untuk melambangkan berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Pada Yuan Xiaojie ini semua berkumpul di rumah yang tertua untuk makan ronde yang disebut ‘tangtuan’, ‘tang’ artinya soup, sedangkan ‘tuan’ artinya berkumpul. Jadi, Yuan Xiaojie juga sangat penting karena dengan adanya hari besar ini, meski berada jauh dari sanak keluarga, diusahakan untuk pulang, berkumpul bersama.

    Versi Indonesia

    Sebutan Cap Go Meh sendiri lebih dikenal di Indonesia daripada di tempat mana pun di dunia. Cap Go Meh sendiri sebenarnya adalah penamaan yang salah kaprah yang mungkin sudah beratus tahun sehingga menjadi benar karena tradisi. Cap go meh artinya adalah “malam ke 15” yaitu tanggal 15 bulan pertama, yang disebut dalam dialek Hokkian “cia gwee cap go”. Perayaan ini merupakan puncak perayaan sekaligus penutup dari serangkaian perayaan Imlek. Di Indonesia sendiri, sejak dulu orang lebih kenal dengan sebutan Cap Go Meh daripada sebutan lain walaupun dalam versi aslinya.

    Perayaan Cap Go Meh di kota-kota besar di Indonesia kembali marak sejak era keterbukaan 10 tahun belakangan ini. Perayaan Cap Go Meh pernah mencapai masa keemasan yang dirayakan segenap lapisan masyarakat, suku dan agama terjadi di tahun 1950-1960. Menurut penuturan Papa saya, perayaan Cap Go Meh di Semarang selalu meriah dan merupakan saat yang dinanti-nanti semua orang. Arak-arakan dari berbagai kelenteng di daerah Pecinan, akan memenuhi jalanan, beriringan dengan kemeriahan suara mercon alias petasan, tetabuhan khas atraksi barongsai dan naga, berbaur menyatu di mana-mana.

    Masing-masing kota di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing dalam merayakan Cap Go Meh ini. Di Jawa terutama, dikenal dengan menyajikan hidangan khas lontong cap go meh. Di Medan juga lain lagi, sembahyang di kelenteng mendominasi kegiatan di malam Cap Go Meh ini.


    Sumber internet:

    http://www.bernas.co.id/news/CyberCommunity/TIONGHOA/254.htm

    http://www.tionghoa.com/71/perayaan-tahun-baru-imlek/comment-page-1/

    http://www.china.com.cn/ch-jieri/yuanxiao/2.htm

    http://baike.baidu.com/view/104822.htm

    http://osdir.com/ml/culture.region.china.budaya-tionghua/2005-08/msg00123.html

    http://iccsg.wordpress.com/2006/08/17/lun-gwee-bulan-kabisat-dalam-kalender-imlek/

    http://rdroege.multiply.com/journal/item/69/LONTONG_CAP_GO_MEH_

    http://alspages257.blogspot.com


    Sumber pustaka:

    Remy Sylado: Sam Po Kong, Gramedia Pustaka Utama 2004

    Liem Thian Joe: Riwayat Semarang, Hasta Wahana 2004

    Penuturan lisan dari orang tua. Pengamatan, pengalaman, analisa, pandangan dan riset pribadi.


    Share This Post
    Posted by J C Wednesday, 26 January 2011 on 08:50.

    Categories: Budaya. Follow the comments to this article via the RSS 2.0.
    You can leave a response or trackback to this entry
    39 Responses to “Rangkaian dan Makna Perayaan Imlek”

    Pages: [4] 3 2 1 »

    1.
    39
    Bagong Julianto Says:
    February 12th, 2011 at 07:08

    JC,

    Lanjut terus ngantek bakcang…..
    Neng Sayangan, Palembang, ono’ restoran sing dodol bakcang…..
    Asyik, iso tuku sepanjang wektu…….
    2.
    38
    saras jelita Says:
    February 7th, 2011 at 13:49

    Siapa bilang MACAN berlalu…………….aku tetap disini ko…..aku kan KELINCI

    Tell me about KELINCI?? This is my YEAR hoooreeeeeeeeeeeeeeeee….
    3.
    37
    Imeii Says:
    February 5th, 2011 at 23:20

    JC.. kalo SIN CIA itu artinya apa, kita biasa kiong hi pakai ” SIN CIA JU IE” trus bakal dijawab ‘TANG TANG JU IE’ kemaren ini kelabakan waktu mau terjemahin ke bhs Inggris nya

    anyway: Gong xi fa cai untuk temen2 disini yg merayakannya… jadi kangen Cap Go Meh an di Singkawang deh.. heboh

    4.
    36
    J C Says:
    January 28th, 2011 at 19:50

    Linda: bibir Dewa Dapur dilumuri madu atau gula aku terus terang baru dengar ini. Yang aku pernah dengar adalah sajian kue keranjang yang memang untuk “menyuap” Dewa Dapur karena rasanya yang manis. Notabene memang sama sih tujuannya…hahaha… ini akan dijelaskan dalam artikel lain tentang makanan Sincia…

    Juwi: kisah dan foto lontong cap go meh adalah salah satu yang aku paling favorit…

    Pak Hand: beluuuuummmm, ntar tanggal 3 Feb…
    5.
    35
    Handoko Widagdo Says:
    January 27th, 2011 at 17:09

    I am ngaturraken gong xi fat choi
    6.
    34
    Juwita Says:
    January 27th, 2011 at 14:47

    Loh.. gambar lontong komplit nonggol lagi.. bikin ngiler..
    Mantep nih artikelnya (don’t ask me to make a summary of it, hahah..)
    Pasangi lagu Imlek dong.. atau clip Lion Dance ^_^
    7.
    33
    Lani Says:
    January 27th, 2011 at 11:31

    JC : ok……ok…..aku cm bertugas membagikan lo yaaaa………..tp duite disetor soko kowe pie??????
    8.
    32
    Linda Cheang Says:
    January 27th, 2011 at 11:18

    JC : koq, ga diceritakan, sih, bagian bahwa bibir Patung Toapekong dapur suka dilumuri madu atau gula lebih dulu sebelum Toapekongnya dipercaya akan menghadap kaisar Langit? Takut ketahuan ada tradisi suap-menyuap dan sogok menyogok, yah? hehehe …
    9.
    31
    HN Says:
    January 27th, 2011 at 11:15

    JC: iyo, kelincine bawa less kisruh karena dia siap disate… hahahaha.

    Pages: [4] 3 2 1 »
    Terima kasih sudah membaca. Silakan tinggalkan komentar
    Click here to cancel reply.

    Name (required)

    Mail (will not be published) (required)

    Website

    Image (JPEG, max 50KB, please)
    Most Viewed

    * Bandung Kelabu (68462 views)
    * Mie Instan & Minyak Goreng (Part 2) (65493 views)
    * Suara Azan Bercampur Ave Maria (64684 views)
    * Poros Beijing-Singapore-Solo (64577 views)
    * Kereta Api Mania vs Thomas and Friends (64528 views)
    * Surabaya... Oh... Surabaya... (64516 views)
    * Perempuan Bercadar (29451 views)
    * Indomie Pedes Mampus (24411 views)
    * Kejahatan Pencurian Meningkat (23261 views)
    * Cerita dari Taman Lawang (22026 views)

    Recent Comments

    * J C on Bumi Hari Ini 7 Miliar Manusia
    * probo on Bumi Hari Ini 7 Miliar Manusia
    * Sasayu on Azumi
    * Sasayu on Bumi Hari Ini 7 Miliar Manusia
    * Sasayu on Dongeng Sebelum Tidur – Kelahiran si Kembar Dampit
    * dismas on Alternatif Obat Penurun Panas Alami
    * Handoko Widagdo on Sebutir Airmata Ebu Lobo
    * probo on Engkong Eddy – Orang Gila di Tengah Peradaban
    * lida on Azumi
    * lida on Sebutir Airmata Ebu Lobo

    Most Commented in 2 Weeks

    * Kemarahan Dalam Keserakahan (154)
    * Opera van Baltyra Jilid 3 - Pasar Malam (138)
    * Persaudaraan (106)
    * Menjelajah Kekayaan Flora & Fauna Taman Nasional Kelimutu (68)
    * [Exclusive] Yogyakarta Royal Wedding: Pawiwahan Ageng Kraton Yogyakarta (2) (66)
    * Solok, Singkarak dan Lembah Anai (62)
    * Si Mata Belang (61)
    * Coretan si Cempluk (55)
    * Yogyakarta Royal Wedding: Dua Hari Sebelumnya (49)
    * [Exclusive] Yogyakarta Royal Wedding - Pawiwahan Ageng: Panggih dan Kirab (47)
    * Hati-hati Pada Pesonaku (45)
    * Dibingungkan "di" (45)
    * Dongeng Sebelum Tidur - Kelahiran si Kembar Dampit (44)
    * Buku Kehidupanku (6): Dita Sang Dewi Cintaku (42)
    * Sekelumit Rahasia Hati (37)

    Read more...

    perkebunan syur organik

    Perkebunan Sayur Organik Kurang Dikembangkan
    By Republika Newsroom
    Senin, 10 November 2008 pukul 10:25:00
    Font Size A A A
    Email EMAIL
    Print PRINT
    Facebook
    Bookmark and Share
    Perkebunan Sayur Organik Kurang DikembangkanSRAGEN.GO.ID

    OPTIMAL: Penanaman sayur organik belum dimanfaatkan secara optimal oleh para petani. Padahal peluang pasar organik semakin luas.

    YOGYAKARTA-- Tanaman sayuran organik kurang dikembangkan oleh petani di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), padahal peluang pasarnya cukup luas.

    "Sangat disayangkan, peluang pasar sayuran organik yang cukup luas tidak dimanfaatkan petani di Bantul," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Bantul Edi Suharyanto, Senin (10/11).

    Dia mengatakan, kesadaran petani di Bantul untuk menanam sayuran organik masih sangat terbatas. "Mereka menanam sayuran organik hanya pada musim tertentu saja, semestinya menanam di segala musim karena harga jualnya bisa tinggi, dan ini akan memberi keuntungan lebih banyak lagi bagi petani," katanya.

    Akibatnya, kata dia, pada masa-masa tertentu stok sayuran organik di pasaran sering kosong.

    Menurut Edi, pola pikir petani sayuran di Kabupaten Bantul masih terfokus hanya pada volume produksi, dan mereka belum bisa diarahkan ke orientasi bisnis.

    "Respon petani sayuran di kabupaten ini umumnya agak lamban, hanya petani-petani muda dan tokoh petani yang sudah bisa diarahkan ke orientasi bisnis," katanya.

    Kata dia, sayuran organik mulai dikembangkan di Bantul sejak dua tahun terakhir. Sayuran jenis ini ditanam di kantung plastik atau yang biasa disebut 'polybag'.

    Sekitar 13.000 polybag berisi tanaman sayuran organik tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Bantul. Dua daerah penghasil sayuran organik terbesar di kabupaten ini adalah Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu dan Desa Gilangrejo, Kecamatan Pandak.

    Read more...

    pertanian/perkebunan teh

    Malinau Barat Siap Panen Kopi
    Dikirim : 28 Maret 2010

    #img1# Camat Malinau Barat Juid SSos sendiri sudah meninjau lokasi perkebunan kopi dan melihat kesiapan panennya. Kopi yang ada di perkebunan milik warga Kuala Lapang yang terhampar di atas lahan seluas 6 hektare misalnya. Hampir seluruh biji kopinya sudah matang dan siap panen. Bahkan sudah ada yang mulai memanen dan menjadikannya biji kopi siap giling.

    Juid bangga karena niatnya menjadikan perkebunan kopi sebagai unggulan Malinau Barat bisa tercapai. "Saya sudah menyaksikan sendiri. Artinya, apa yang diupayakan pemerintah daerah termasuk kecamatan ditanggapi secara positif oleh warga dan telah terbukti hasilnya." ujar bangga.

    Setelah kopi ini, sambungnya, beberapa jenis tanaman perkebunan diharapkan sukses. Antara lain kakao, karet dan sawit. Untuk sawit, berada di Desa Sesua dan Tanjung Lapang yang sebagian milik warga dan lahan milik sejumlah pejabat tinggi pemerintah mulai dibuka dan ditanami sawit. "Ke depannya sektor perkebunan ini pun berpotensi menjadi unggulan kami," ujarnya.

    Sementara itu, menindaklanjuti hasil pencapaian perkebunan kopi ini, pada program selanjutnya, tahun 2010 ini pihak desa dan kecamatan telah mengarahkan kebijakan pada upaya pengolahan produk jadi. Beberapa desa untuk tahun ini telah mengajukan program pengolahan biji kopi menjadi produk jadi. Saat ini memang sudah ada home industri yang memproduksi kopi jadi. Namun, industri rumah tangga tersebut perlu diperbanyak sesuai dengan tingginya permintaan pasar. Pihak kecamatan dan pihak desa sendiri optimis program lanjutan tersebut akan terealisasikan tahun ini sehingga begitu panen warga bisa mengolah dan kemudian memasarkannya.

    Read more...

    Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit Desa Karya Makmur Belitang Jaya
    Business & Industrial > Agriculture & Forestry (Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit di Desa Karya Makmur Sejati Oku timur jaya)

    Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan pertanian baik pada tingkat nasional maupun regional. Perkembangan kegiatan perkebunan di Provinsi Sumatra Selatan khususnya di Kabupaten Oku Timur Kecamatan Belitang Jaya, Desa Karya Makmur, menujukkan trend yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya lahan perkebunan dan meningkatnya produksi rata-rata pertahun, dengan komoditas utama kelapa sawit, kelapa, karet, dan tanaman lainnya. Peluang pengembangan tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, hal ini berkaitan dengan semakin kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha perkebunan rakyat, tumbuhnya berbagai industri yang membutuhkan bahan baku dari produk perkebunan dan semakin luasnya pangsa pasar produk perkebunan.


    Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit Desa Karya Makmur Belitang Jaya
    Business & Industrial > Agriculture & Forestry (Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit di Desa Karya Makmur Sejati Oku timur jaya)

    Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan pertanian baik pada tingkat nasional maupun regional. Perkembangan kegiatan perkebunan di Provinsi Sumatra Selatan khususnya di Kabupaten Oku Timur Kecamatan Belitang Jaya, Desa Karya Makmur, menujukkan trend yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya lahan perkebunan dan meningkatnya produksi rata-rata pertahun, dengan komoditas utama kelapa sawit, kelapa, karet, dan tanaman lainnya. Peluang pengembangan tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, hal ini berkaitan dengan semakin kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha perkebunan rakyat, tumbuhnya berbagai industri yang membutuhkan bahan baku dari produk perkebunan dan semakin luasnya pangsa pasar produk perkebunan.

    Krisis Global pada tahun 2008 telah memporak-porandakan sendi-sendi ekonomi rakyat, namun yang tetap bertahan malahn mendapatkan keuntungan dari dampak krisis ekonomi tersebut justru sektor perkebunan. Hal ini membuktikan bahwa sektor perkebunan merupakan sektor yang masih bisa tetap bertahan meskipun kondisi perekonomian di negeri ini di landa krisis. Sebagai contoh, petani kelapa karet dan kelapa sawit pada waktu krisis, petani masih bisa merasakan hasil, walau harganya sangat turun drastis dari harga per/kg Rp.5.000 turun menjadi Rp.1.500.khusus untuk komoditas karet, untuk sawit harga terndah mencapai Rp.300/kg.

    Sampai saat ini, harga mulai beransur-ansur normal
    Desa Karya Makmur SP II Belitang Jaya

    Business & Industrial(3) - Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit di Desa Karya Makmur Sejati Oku timur jaya(2)


    Krisis Global pada tahun 2008 telah memporak-porandakan sendi-sendi ekonomi rakyat, namun yang tetap bertahan malahn mendapatkan keuntungan dari dampak krisis ekonomi tersebut justru sektor perkebunan. Hal ini membuktikan bahwa sektor perkebunan merupakan sektor yang masih bisa tetap bertahan meskipun kondisi perekonomian di negeri ini di landa krisis. Sebagai contoh, petani kelapa karet dan kelapa sawit pada waktu krisis, petani masih bisa merasakan hasil, walau harganya sangat turun drastis dari harga per/kg Rp.5.000 turun menjadi Rp.1.500.khusus untuk komoditas karet, untuk sawit harga terndah mencapai Rp.300/kg.

    Sampai saat ini, harga mulai beransur-ansur normal
    Desa Karya Makmur SP II Belitang Jaya

    Business & Industrial(3) - Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit di Desa Karya Makmur Sejati Oku timur jaya(2)


    "Supplier Pertanian dan Industri"
    "ABSTAN SUPPLIER"
    Kami Adalah Perusahaan Yang Bergerak Dalam Bidang Supplier Pertanian dan Industri
    Yang Berkedudukan Di Kota Palembang,Sumatera Selatan-Indonesia.
    Untuk Proses Operasional Perusahaan kami Menjalin Rekanan Kerja Baik itu Dengan Pemerintah,Pemda,Maupun Dengan Perusahaan Swasta Yang ada Di Sumatera Selatan, Sumatera Utara,dan Pulau jawa.
    Hubungi Kami: A'andi (Pemasaran) tlpon:0711-5464153
    Hp.085273246233



    Kami Menjual dan Supply Berbagai Macam Hasil Pertanian dan Industri Seperti:
    *Hasil Bumi dan Pertanian yaitu
    -Bibit Tanaman Industri: Bibit Karet,Bibit Sawit,Bibit kakao,Bibit Kacangan Untuk Perkebunan Karet dan Sawit,bibit Tanaman Buah(bibit Durian,bibit Mangga,bibit jeruk,dLL)
    -Menjual Dan Supply Hasil Pertanian Industri Seperti: Getah Karet dan TBS Sawit,dll

    *Supply sarana2 dan Alat-alat Perlengkapan Pertanian dan Perkebunan Seperti:
    -Pupuk Organik dan Kimia Non Subsidi
    -obat dan Pestisida untuk Pertanian
    -Perlengkapan pertanian dan perkebunan

    *Supply Untuk Kebutuhan Industri:
    Kami Men Supply untuk Kebutuhan Industri seperti:
    -Arang Batok Cangkang Kelapa
    -Arang Batok Cangkang Kelapa Sawit
    -Cangkang Batok Kelapa
    -Cangkang kelapa Sawit dan Limbah Kelapa Sawit-DLL...

    GALERY PRODUK
    "Bibit Karet Unggul Dan Sawit Bersertifikat"
    Kami Menjual Bibit Karet Unggul:

    -Biji Karet Sembawa dan Medan
    -Stum Mata Tidur Klon(PB260,Gt1,BPm24,IRR39 DLL...)
    -Polibag bersertifikat Klon(PB260,Gt1,BPm24,IRR39 DLL...)
    -Bibit Sawit Kecambah Marihat Medan Asli Sertifikat,dan
    -Bibit Sawit Umur( Dari 8 bulan s/d 24 Bulan)
    Kami Siap Menerima Pemesanan Untuk Proyek Pemerintah dan Swasta.





    Kecambah Sawit DXP PPKS "Sertifikat"

    Read more...




    Read more...

    pertanian

    Read more...
    BEAUTIFULL
    Diberdayakan oleh Blogger.

      © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

    Back to TOP